Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... -

MPM (Carnegie Mellon University,Pennsylvania - AS).\r\nIr. (Universitas Lampung)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Baru untuk Kemajuan"

18 November 2014   06:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:33 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada nuansa baru nan positif pada acara pengumuman nama menteri Kabinet Kerja tanggal 20 Oktober 2014 lalu. Hal ini semoga menjadi momentum baru perubahan Indonesia menuju perubahan kultural yang seremonial berlebihan, pemborosan, dan formalitas. Menuju kultural sederhana apa adanya, sesuai keperluan, efektif dan efisien, demi pencapaian tujuan yang telah direncanakan.

Kita menyaksikan bagaimana seorang Presiden dengan cepat berjàlan menuju ke sebuah Podium di lapangan dengan tanpa disertai ajudan dan pengawalnya. Diikuti oleh Wakil Presiden yang tergopoh-gopoh mengikuti langkah Presiden yang begitu cepat melaju. Bahkan para istri sang Presiden dan Wakil Presiden pun jalan di belakang mengikuti dengan tergopoh-gopoh pula.

Dari segi pakaian juga sangat sederhana baik untuk presiden dan wakil presiden beserta istri, maupun seluruh menteri yang diumumkan. Hànya menggunakan baju kemeja putih dan bawan berwarna gelap. Sangat sederhana dan simpel sekali.

Berikutnya sang Presiden berpidato dengan singkat, padat, dan cepat mengumumkan nama-nama menteri kabinetnya dengan penjelasan singkat untuk masing-masing menterinya. Diikuti oleh para menteri yang disebutkannya tampil ke depan dengan berjalan seperti berlari dan akhirnya berdiri. Ada yang berjalan cepat dan bahkan berlari. Jika ada sang menteri yang berjàlan lambat langsung "ditegur" agar cepat. Memilih tempat berdiripun juga ada yang di kiri atau di kanan.

Dan yang lebih penting adalah adanya penekananan Presiden bahwa kabinet yang dibentuk ini adalah kabinet kerja yang " harus kerja, kerja, dan kerja." Yang tentunya aspek pelayanan publik adalah menjadi ujung tombak dari kerja menteri kabinet kerja tersebut.

Ada banyak makna dari peristiwa ini yaitu yang sangat prinsip adalah acara tepat sasaran dan terjauh dari kesan seremonial dan formalitas. Cepat dan tidak bertele-tele. Sederana tidak perlu menyediakan ruangan mewah berdekorasi lux dan ber-AC.

Dan bahkan saat pengumuman berakhir wartawan ingin wawancara dengan sang Presiden. Tetapi beliau mempersilahkan wartawan mewawancarai para menterinya langsung. Terhindar dari kesan bahwa sang Pimpinan adalah "center" dari segalanya dan anak buah tidak boleh apa-apa. Sungguh perubahan luar biasa.

Sesungguhnya acara ini adalah acara besar menyangkut kepentingan bangsa dan negara 5 tahun ke depan. Tetapi dibuat sedemikiàn rupa dalam kondisi yang sederhana namun tanpa mengurangi kekhidmatan maknanya.

Tidak lama setelah pengumuman menteri selesai dan acara berakhir segera tanpa banyak acara tambahan lainnya. Sungguh sangat simpel dari berbagai segi.

Dengan demikian pelaksanaan acara pengumuman nama menteri seperti yang telah diuraikan tersebut sudah secara nyata mulai meninggalkan tradisi lama. Yang biasanya dengan meriah dan megah, seremonial dan formal sekali, menyedot bànyak waktu, tenaga, dan pikiran, serta yang tidak kalah pentingnya adalah menyedot banyak biaya.

Kalau dianalisa lebih teliti lagi kegiatan pemerintahan dan pembangunan di Indonesia memang terlalu banyak seremonial dan formal, acara perayaan, peringatan dan lain sebagainya.

Apakah ini merupakan warisan peninggal penjajahan kolonial ataukah memang asli budaya bangsa kita. Salah satu menteri Kabinet Indonesia Bersatu jilid I (KIB I) dalam salah satu pidato sambutannya menyatakan bahwa di zaman penjajahan dahulu bangsa Indonesia diarahkan untuk kegiatan-kegiatan yang berupa perayaan dan seremonial. Sementara hal yang substantif dan produktif dikerjakan oleh para penjajah.

Maksudnya adalah agar bangsa Indonesia terbuai dan tersibukkan dengan hal-hal yang tidak produktif tersebut. Sehingga tertinggal. Sementara penjajah sudah produktif dan mengambil keuntungan yang luar biasa besarnya dari wilayah Indonesia saat itu.

Untuk itu ke depan kita mengharapkan bangsa ini memang benar-benar melakukan perubahan yang mendasar dan substansial dengan visi jauh ke depan untuk rakyatnya. Sehingga akan terwujud bangsa Indonesia yang maju, makmur dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun