Mohon tunggu...
Abdul Halim Rimamba
Abdul Halim Rimamba Mohon Tunggu... Freelancer - Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kepulauan Selayar

Menuju Masyarakat Maritim yang Bermartabat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kearifan Lokal "Lokal Wisdom" dan Etika Lingkungan "Environmental Ethicsc" Inspirasi yang Terlupakan

27 Juni 2022   03:10 Diperbarui: 27 Juni 2022   05:11 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Konservasi adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat diabaikan dalam segala aspek kehidupan manusia dimanapun berpijak dan bermukim.

Perencanaan pembangunan dalam sektor apapun, aspek lingkungan menjadi pertimbangan nomor satu, untuk keseimbangan ekosistem maupun sustainability. Yang terpenting adalah tidak berdampak buruk bagi habitat hayati tertentu dalam ekosistem dimana obyek tersebut dibangun atau dilakukan aktivitas.

Taka Bonerate sebagai warisan leluhur orang Selayar, telah didiami oleh masyarakat lokal Selayar jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Artinya Kawasan Taka Bonerate bukan ruang kosong tanpa peradaban. Keberadaan Masyarakat lokal yang mendiami Kawasan Taka Bonerate secara turun temurun otomatis melahirkan pranata sosial dan sosial wisdom dalam kehidupan sehari-hari yang diistilahkan oleh para ahli sosiologi sebagai kultural yang berisi aturan bermasyarakat secara normatif dalam bingkai etika masyarakat setempat.

Masyarakat “Taka Bonerate” dan sekitarnya sangat heterogen. Selain “Suku Selayar”, Suku Bajo, Suku Makassar dan Suku Bugis menyatu dalam sebuah komunitas “Kawasan Taka Bonerate”. Eksistensi mereka sebagai komunitas Kawasan Taka Bonerate melahirkan peradaban lokal kawasan yang sangat harmonis sejak dahulu kala. 

Bukan sekedar harmonis karena tidak adanya gangguan keamanan tapi juga keharmmonisan sosial antara kultur dari berbagai suku yang berbeda itu tak pernah ada konflik sosial dan kekerasan sosial yang pernah terdengar maupun catatan kekerasan ditengah dan antara masyarakat yang mendiami “Kawasan Taka Bonerate”.
Di Kawasan Taka Bonerate kita menjumpai masyarakat berbahasa Selayar, Bahasa Bajo, Bahasa Bugis bahkan Bahasa Buton. 

Di Kawasan ini pula kita bertemu suku Selayar yang mahir berbahasa Bajo, bahasa Bugis dan bahasa Indonesia. Sebaliknya tak jarang kita berjumpa dengan Masyarakat Kawasan dari Suku Bugis yang mahir berbahasa Bajo dan bahasa Selayar. Sungguh sebuah peradaban dengan “Kultural Selayar Baru”  yang sangat indah dan harmonis.

Masyarakat Kawasan Taka Bonerate dikenal sangat ramah, sangat menghormati tamu apalagi petugas dan pejabat pemerintah. Masyarakat Kawasan sangat cinta damai dan menjunjung tinggi perbedaan latar belakang suku yang berbeda diantara mereka. Itulah sebabnya sejak dahulu kita tidak akan mendapatkan catatan atau mendengar kabar kekerasan atau konflik sosial disana.

Masyarakat Kawasan Taka Bonerate sebagai komunitas Pulau, sama sekali berbeda secara kultural dengan masyarakat “Selayar” di daratan pulau besar Selayar pada umumnya perihal sumber nafkah dan mata pencaharian, mengingat di kawasan ini hampir 100% masyarakatnya menggantungkan hidupnya di laut. Mereka adalah nelayan tangguh, perenang tangguh penyelam tangguh dan ahli metereologi dan ahli perikanan tanpa diploma dan sertifikat. Mereka adalah penjelajah luas dan dalamnya laut untuk keberlangsungan hidup mereka siang dan malam.

Konservasi dengan segenap embel-embel sustainability, Riset ilmiah dan kegiatan akademik kaum terpelajar, wisatawan dan para pencari kesenangan pasti bukan cerita baru bagi mereka masyarakat “Kawasan Taka Bonerate” apatah lagi kepatuhaan kepada pemerintah dan aturan perundang-undangan, sebab masyarakat kultural “Taka Bonerate” memiliki “Lokal Wisdom” atau kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang (tanpa konflik dan kekerasan ) secara alamiah, alamiah sebagaimana alam yang selalu menyeimbangkan dirinya secara sempurna.

Karena Kawasan Taka Bonerate adalah milik rakyat Kawasan Taka Bonerate maka “idealnya” pengelolaan laut, terumbu karang, perikanan dan pariwisata terinspirasi dan menjadikan “lokal wisdom” masyarakat Kawasan Taka Bonerate sebagai rujukan, bukan sekedar referensi dan katalog parsial yang dapat digunakan atau tak digunakan sama sekali dalam menyusun kebijakan dan program pemerintah untuk masyarakat Kawasan.

Hanya rakyat  Kawasan Taka Bonerate yang punya lokal wisdom dan memahami Environmental ethics di Kawasan Taka Bonerate.
Hanya Nelayan mahamurid alam yang paling setia, hanya Nelayan peneliti utama dalam riset terhadap  kesempurnaan alam menyeimbangkan dirinya, sebab “Nelayan, Bajo dan Laut adalah Guru Besar para Imuwan”.
“Wallahu A’lam”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun