Idul Adha adalah hari raya umat Islam yang dilaksanakan pada tanggal 10 Zulhijjah. Pada hari raya ini terdapat banyak amalan yang sangat istimewa, yang sudah sangat umum diantaranya seperti sholat sunnah idul adha dan penyembelihan hewan qurban. Ternyata di dalam ibadah penyembelihan hewan qurban, menyimpan suatu hikmah yang menurut saya masih jarang ada orang yang mengetahuinya.
Di satu pengajian Gus Baha, beliau menceritakan mengenai sejarah ibadah qurban yang terdapat pada versi kitab hikam. Suatu saat ketika Nabi Ibrahim diangkat ke alam malakut, di alam langit sana. Beliau bertemu Allah SWT kemudian ditanya, "Ibrahim, banyak hamba hambaku yang durhaka, tidak tau saya sebagai Tuhannya."
Kata Nabi Ibrahim (usul), " ya (faamithum), dibunuh saja ya Allah". Setelah itu ditanya lagi, ada yang berzina, koruptor, dan dosa dosa yang buruk sekali. Dan di semua itu Nabi Ibrahim usul, "Mereka hidup di bumi engkau ya Allah, makan rizkimu ya Allah, maka tidak sopan sekali tidak mengerti Engkau." Singkat cerita minta agar di beri adzab disiksa.
Suatu saat Nabi Ibrahim diminta Allah SWT menyembelih nabi ismail, nabi Ibrahim complain, "Ya Allah ini anak saya, samrotul fuadi buah hati saya. Kenapa engkau seenaknya minta saya sembelih? Tidak bisa ya Allah ini buah hati saya"
Kemudian kata Allah "Orang orang durhaka yang dulu kamu usul agar saya bunuh itu hamba Saya, Saya menciptakan mereka dan Saya mencintai mereka karena itu ciptaan saya. Anda enak saja usul agar saya matikan. Ketika anda usul Saya tidak mikir, kenapa Ketika Saya usul kamu mikir?" akhirnya Nabi Ibrahim merelakan buah hatinya untuk memenuhi perintah Allah.
Singkat penulis, karena dari awal memang merupakan sebuah ujian dari Allah, akhirnya Nabi Ismail (anak Nabi Ibrahim) yang hendak disembelih diganti dengan kambing, dan menjadi asal usul dari adanya syariat ibadah Qurban yang dilaksanakan hingga saat ini di hari raya Idul Adha nanti.
Gus baha menambahkan dalam pengajiannya, semenjak itu Nabi Ibrahim begitu sayang dengan hamba hambanya Allah. Hingga di akhir akhir Nabi Ibrahim punya komitmen Faman tabi'a ni fainnahu minni wa man asoni fainnakal ghofururrohim, artinya "Ya Allah, orang yang ikut sunnah saya, jelas adalah bagian dari saya. Dan yang sedang durhaka, engkau maha pengampun lagi maha penyayang." semenjak itu menjadi sunnatan muttabaah. Bahwa agama ini agama rahmatan lil alamin, bahwa melihat kemungkaran, kebodohan itu komitmen kita ini ingin membenahi bukan menghabisi.
Hemat saya, hikmah dari cerita atau riwayat yang ada dalam kitab hikam ini begitu penting untuk diketahui semua orang. Karena menyimpan filosofi dan pelajaran yang sangat luas, dan masih jarang diketahui masyarakat. Ternyata, hikmah dari ibadah qurban selain untuk berbagi di hari yang berbahagia, memakan daging qurban bersmama sama, dan tentu untuk mendapat pahala serta ridho Allah SWT. Juga terdapat hikmah mengenai sebab Nabi Ibrahim menjadi nabi yang sangat sayang kepada hamba Allah, bahkan kepada hamba yang masih durhaka kepadaNya.
Hikmah dari cerita ini bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari hari, ketika berteman dan bermasyarakat. Ketika memiliki teman yang kelakuannya naudubillah masih jauh dari agama, kita tidak bisa tiba-tiba menjudge dan mengatakan sesuatu yang buruk padanya, meskipun memang perbuatannya itu salah, tapi kita hanya bisa mengingkari perbuatannya tapi tidak membenci orangnya. Bagaimanapun dia juga hamba Allah, Allah saja masih sayang kepadanya, bukti dia masih hidup, bisa makan minum dan masih sehat juga merupakan bentuk kasih sayang Allah pada hambanya, walaupun dia masih durhaka. Lantas kenapa kita yang sesama hamba malah membencinya?
Sebagai sesama hamba, kita bisa mengajak pada kebaikan dan sebisa mungkin mengingatkan untuk mencegah terhadap kemungkaran, hal ini pun merupakan perintah Allah untuk amar ma'ruf nahi munkar (mengajak pada kebaikan, mencegak pada kemungkaran) terhadap sesama kita. Dengan cara sebaik mungkin, jika tidak bisa diajak maka diingatkan dengan perkataan, bisa dengan gurauan bukan dengan merendahkan. Tidak lupa kata Gus Baha, bahwa agama ini agama rahmatan lil alamin, bahwa melihat kemungkaran, kebodohan itu komitmen kita ini ingin membenahi bukan menghabisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H