PASAR BERINGHARJO
      Pasar beringharjo terletak 500 meter di utara Kraton di sisi timur Sumbu Filosofi. Pasar ini juga bersebelahan dengan pasar sore Malioboro. Pasar beringharjo ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan beroperasi di posisi yang sama hingga saat ini. Sebagai dari Sumbu Filosofi yang bermakna siklus hidup manusia, pasar melambangkan  godaan material yang dapat mengganggu kehidupan yang mulia. Pasar ini juga terdaftar sebagai cagar budaya nasional pada tahun 2011. Dalam konsep tradisional Jawa, ibukota harus mempunyai pasar yang diletakkan di sebelah timur laut kraton.
      Pasar beringharjo ini juga menjadi salah satu pusat oleh-oleh di Yogyakarta. Pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama bertahun-tahun. Di dalam pasar ini menyediakan berbagai macam kebutuhan, mulai dari jajanan, pakaian, dan oleh-oleh lainnya. Nama Beringharjo sendiri diberikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, artinya wilayah yang semula pohon beringin (bering) dapat memberikan kesejahteraan (Harjo). Pasar ini juga sebagai pusat perbelanjaan wisatawan lokal maupun mancanegara, pasar beringharjo juga merupakan tempat penjualan batik terbaik karena mempunyai koleksi batik yang lengkap, mulai batik kain maupun yang sudah jadi pakaian, bahan katun hingga sutra, mulai dari harga puluhan ribu hingga ratusan ribu tersedia di pasar ini. Selain menawarkan pakaian batik, di pasar ini juga menawarkan baju Surjan, blangkon, dan sarung tenun.
      Di lantai 2 pasar beringharjo kita dapat menjumpai jejamuan dan rempah-rempahan, karena di lantai ini adalah pusat penjualan bahan dasar jamu Jawa dan rempah. Bahan jamu yang biasa dijual ialah kunyit dan temulawak, untuk rempah-rempah yang dijual ialah jahe yang biasanya diolah menjadi minuman ronde, dan kayu yang biasa dipakai untuk memperkaya citarasa minuman seperti wedang jahe.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H