Mohon tunggu...
Abdul Bahri
Abdul Bahri Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

hobi bikin video

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gus Miftah Vs Warga +62 Kontroversi dan Dialog yang Tak Terelakkan

13 Desember 2024   07:27 Diperbarui: 13 Desember 2024   07:28 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemuan Gus Miftah dengan warga +62 di sebuah acara beberapa waktu lalu memicu kontroversi yang tak kunjung mereda. Di satu sisi, Gus Miftah, seorang dai muda yang dikenal dengan gaya dakwahnya yang santai dan humoris, berusaha menjembatani perbedaan dan mengajak warga +62 untuk berdialog. Di sisi lain, sebagian warga +62 merasa tersinggung dengan beberapa pernyataan Gus Miftah yang dianggap kurang tepat dan bahkan menghina.

Kontroversi ini sebenarnya bukanlah hal baru dalam dunia dakwah. Perbedaan perspektif, budaya, dan latar belakang kerap memicu perdebatan dan kesalahpahaman. Namun, dalam kasus Gus Miftah, Gus Miftah dikenal dengan gaya dakwahnya yang santai dan humoris. Meskipun hal ini menarik banyak orang, beberapa orang merasa gaya tersebut kurang serius dan bahkan menyinggung.

Beberapa pernyataan Gus Miftah dianggap kurang tepat dan bahkan menghina oleh sebagian warga +62. Pertemuan Gus Miftah dengan warga +62 berlangsung dalam konteks acara yang bersifat hiburan. Hal ini membuat sebagian orang merasa bahwa Gus Miftah tidak serius dalam menyampaikan pesan dakwahnya.

Di tengah kontroversi ini, penting untuk mengingat bahwa dialog dan toleransi adalah kunci dalam menyelesaikan perbedaan. Gus Miftah, sebagai seorang dai, memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan pesan dakwah dengan bijak dan santun. Warga +62 juga perlu bersikap dewasa dan bijaksana dalam menanggapi pernyataan Gus Miftah.

Kejadian ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kualitas dialog dan toleransi antarumat. Gus Miftah dan warga +62 dapat belajar dari pengalaman ini untuk membangun komunikasi yang lebih baik dan saling menghormati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun