Mohon tunggu...
Abdul Azzam Ajhari
Abdul Azzam Ajhari Mohon Tunggu... Ilmuwan - Manggala Informatika pada Badan Siber dan Sandi Negara

Abdul Azzam Ajhari atau biasa dipanggil Azzam berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan pekerjaan sebagai Manggala Informatika di Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Berkecimpung dan menekuni dunia penelitian sejak tahun 2019 yang menghasilkan beberapa karya penelitian serta Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Artificial Intelligence, Machine Learning, dan Deep Learning di bidang keamanan siber yang dapat diakses pada link berikut https://linktr.ee/abdulazzamajhari

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Google Bard: Revolusi Komunikasi AI?

16 Mei 2023   12:00 Diperbarui: 16 Mei 2023   12:09 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 11 Mei 2023, Google meluncurkan Bard dapat diakses secara massal dari seluruh dunia. Netizen dapat mengaksesnya pada tautan berikut: Google Bard. Google Bard memanfaatkan seluruh data yang berada pada mesin pencarinya yaitu Google Search. Berbeda dengan Microsoft yang memanfaatkan data dari model mesin ChatGPT, Google Bard melakukan pemrosesan dengan model yang dibuatnya, yaitu Language Model for Dialogue Applications (LaMDA). 

Kemampuan percakapan LaMDA telah dikembangkan selama bertahun-tahun. Seperti banyak model bahasa terbaru, termasuk BERT dan GPT-3, LaMDA dibangun di atas Transformer, sebuah arsitektur jaringan saraf yang diciptakan oleh Google Research dan bersumber terbuka pada tahun 2017. 

Arsitektur tersebut menghasilkan model yang dapat dilatih untuk membaca banyak kata (misalnya, kalimat atau paragraf), memperhatikan bagaimana kata-kata tersebut berhubungan satu sama lain, dan kemudian memprediksi kata apa yang akan muncul berikutnya.

LaMDA menggunakan model bahasa transformator yang hanya menggunakan decoder. Model ini telah dilatih sebelumnya pada korpus teks yang mencakup dokumen dan dialog yang terdiri dari 1,56 triliun kata, dan kemudian dilatih dengan data penyempurnaan yang dihasilkan oleh respons yang dianotasi secara manual untuk kepekaan, kemenarikan, dan keamanan. 

Pengujian oleh Google menunjukkan bahwa LaMDA melampaui tanggapan manusia dalam hal kemenarikan. Model transformator LaMDA dan sistem pencarian informasi eksternal berinteraksi untuk meningkatkan keakuratan fakta yang diberikan kepada pengguna.

Google kemudian menguji model LAMDA dengan 137 miliar parameter non-embedding. Namun, tidak seperti kebanyakan model bahasa lainnya, LaMDA dilatih untuk berdialog. Selama pelatihannya, LaMDA menangkap beberapa karakter yang membedakan percakapan terbuka dengan bentuk bahasa lainnya. Salah satu karakter tersebut adalah kepekaan. 

Dengan Google Bard memanfaatkan seluruh resourcenya dari Google Search menjadikan AI ini memiliki kekurangan terkait informasi yang didapatkan dapat salah dan keliru. Sedangkan ChatGPT memiliki kekurangan terkait informasi yang bias dan tidak akurat.

Jadi, Netizen Indonesia mau pakai yang mana nih?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun