Roja berasal dari bahasa Arab, memiliki arti pengharapan. Roja merupakan pengejawantahan sifat Allah; Maha welas asih, Maha pengasih-penyayang, dan Maha pengampun.
Roja berfungsi untuk memupuk harapan, sekaligus menghapus pesimisme mahluk-Nya yang merasa sudah terlampau jauh, atau merasa sudah terlampau menumpuk dosa dan maksiatnya.
Dengan Roja, sejauh apa pun jarak melenggang, pintu ampunan akan selalu terbentang. Sebanyak apa pun tumpukan maksiat, kasih sayang Allah jauh lebih dahsyat. Karena berkali-kali Allah berfirman, bahwa Ia adalah Dzat yang Maha welas asih, Maha pengasih-penyayang, Maha pengampun, Maha penerima taubat, dan setumpuk sifat kemurahan-Nya yang lain.
Sementara, Khauf juga berasal dari bahasa Arab, memiliki arti ketakutan. Khauf merupakan pengejawantahan sifat Allah dari sisi yang lain. Allah kerap mengeluarkan nada ancaman dalam beberapa ayat-Nya. 'Sesungguhnya azabku sangat pedih', misalnya.
Khauf berkebalikan dengan Roja. Khauf berfungsi untuk membunuh jumawa, sekaligus mengubur rasa lalai, juga membuang jauh-jauh kesan meremehkan akan perintah dan larangan Allah.
Idealnya, tiap orang memahami kapan harus berada di posisi Roja, dan kapan harus berada di posisi Khauf. Keduanya diusahakan seimbang, namun bergerak secara dinamis. Karena keadaan hati dan prasangka tiap-tiap orang juga bersifat dinamis.
Singkatnya, saya sodorkan contoh kasus.
Kasus A
Saat A hendak mabuk, lalu ia berkata (meskipun hanya dalam hati), "Tenang, Allah maha pengampun. Nanti tinggal taubat setelah mabuk."
Di posisi itu, idealnya, rasa Khauf si A yang lebih dominan. Bukan malah didominasi oleh rasa Roja-nya. Karena bagaimana pun, bermaksiat sama saja melanggar perintah Allah.
Mengutip perkataan Ulama, "Jika engkau hendak berbuat dosa, jangan lihat besar atau kecilnya dosa itu. Tapi, lihatlah Dzat yang engkau murkai."