Mohon tunggu...
Abdul Aziz
Abdul Aziz Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa prodi Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Angkatan 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Esteh kontroversial : Gus Miftah dan Diskursus etika pada masyarakat modern

15 Desember 2024   15:41 Diperbarui: 15 Desember 2024   15:41 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gus miftah merupakan pubik figur yang mendakwahkan agama islam yang cukup terkenal. Miftah membawakan ajaran toleransi dan kerukunan umat beragama di Indonesia.  Gaya penyampaian yang cukup familier dan bersahabat membuat dia semakin terkenal karena keakraban yang ia bawakan kepada masyarakat. Akan tetapi kemarin 20 november 2024 sempat ada kejadian dimana miftah mengolok olok pedagang esteh yang sedang berjualan esteh di majelisnya. Gus Miftah mengatakan "goblok" dengan nada tinggi kemudian ia tertawa dan para kyai yang ada di panggung pun juga tertawa. Tulisan ini adalah sebuah analisis dari ilmu sosial melalui aspek makro dan mikro dari fenomena tersebut serta integrasi dari keduanya.

1. Aspek Mikro dari Kasus

Di tingkat mikro, interaksi yang memulai kontroversi adalah komentar Gus Miftah yang mengolok-olok seorang pedagang es teh. Komentar ini menyinggung individu secara langsung dan memicu respons dari pedagang tersebut. Selain itu ketawa dari kyai yang ada di panggung yang mengagetkan di media sosial.

  • Interaksi Media Sosial: majelis tersebut disiarkan secara live dan mengundang banyak kontroversial ketika kejadian tersebut. Selain itu juga banyak yang memviralkan melalui berbagai platform media sosial dengan mengambil cuplikan pas kejadian tersebut
  • Persepsi Individu: yang lebih menyakitkan lagi adalah respon dari pedagang esteh yang tidak tertawa samasekali. Hal tersebut dinilai sebagai korban dari ejekan yang dilontarkan kepada gus miftah.

Mengapa?
Dari gaya berdakwahnya gus miftah yang mengedepankan sikap akrab dengan berbagai ejekan, gus miftah terbilang ejekan tersebut yang terlalu terlepas. Kemudian viralnya Fenomena ini, karena interaksi digital saat ini memungkinkan komunikasi langsung dan tidak terfilter antara tokoh publik dan masyarakat. Dalam konteks budaya Indonesia, kritik dari tokoh agama memiliki bobot sosial yang besar, sehingga respons emosional menjadi hal yang wajar.

2. Aspek Makro dari Kasus

Di tingkat makro, kontroversi ini berkembang menjadi diskursus publik yang lebih besar. Viralitas di media sosial memperbesar dampaknya dan mengaitkannya dengan nilai-nilai sosial budaya.

  • Struktur Media Sosial: Algoritma media sosial mempercepat penyebaran isu, memungkinkan komentar kecil menjadi viral dan memengaruhi diskusi publik.
  • Norma dan Etika Sosial: Dalam masyarakat Indonesia, etika berdakwah dan kesantunan dalam menyampaikan kritik adalah nilai penting. Gus Miftah, sebagai figur publik, menjadi bagian dari struktur budaya yang diharapkan menjaga nilai-nilai ini.
  • Pengaruh Media: Media massa turut mengamplifikasi isu ini, membawanya ke ranah diskusi publik yang lebih luas, termasuk debat tentang peran tokoh agama dalam konteks bisnis dan etika.

Mengapa?
Struktur sosial di era digital mempercepat koneksi antara interaksi individu dan diskursus kolektif. Viralitas menciptakan fenomena "kontroversi besar dari hal kecil," di mana tindakan mikro memiliki dampak makro yang signifikan.

3. Mengintegrasikan Mikro dan Makro

Fenomena ini menunjukkan hubungan erat antara tindakan individu dan dampaknya pada struktur sosial yang lebih luas.

  • Dari Mikro ke Makro: sikap Gus Miftah yang dimulai sebagai tindakan individual, diperbesar oleh struktur media sosial dan menjadi diskursus publik tentang etika.
  • Dari Makro ke Mikro: Nilai-nilai sosial budaya seperti penghormatan terhadap tokoh agama memengaruhi respons individu dan memperkuat persepsi masyarakat terhadap peran dan tanggung jawab figur publik.

Kesimpulannya, kasus ini mencerminkan bagaimana mikro dan makro saling memengaruhi. Tindakan individu dapat mengubah struktur sosial, sementara norma sosial dan algoritma media memengaruhi perilaku individu. Integrasi kedua aspek ini penting untuk memahami dinamika masyarakat modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun