Jokowi dari PDIP, muncul berbagai pertanyaan mengenai kemana mereka akan berlabuh. Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, dan Bobby Nasution resmi dipecat dari PDIP. Langkah ini bisa dipahami sebagai bentuk ketidakcocokan mereka terhadap kebijakan atau sikap yang dianggap tidak sejalan dengan garis PDIP. Sebagai partai yang memiliki ideologi dan strategi politik yang kokoh, PDIP menekankan kedisiplinan, termasuk dalam menjaga hubungan dengan kader yang mulai mengambil langkah berbeda.
Pasca dipecatnya keluargaJokowi, meskipun menjadi Presiden, mungkin dianggap telah menjauh dari partai dalam beberapa keputusan politik. Gibran dan Bobby, yang memiliki posisi strategis, mungkin dianggap terlalu pragmatis dan mulai mengambil jalur independen. Pemecatan ini bisa jadi sinyal PDIP untuk menjaga posisi dan identitasnya, meskipun ini juga bisa mempengaruhi hubungan partai dengan segmen pemilih yang terhubung dengan ketiga tokoh tersebut.
Sebagai politisi, Jokowi, Gibran, dan Bobby tidak perlu bergabung dengan partai politik untuk berperan dalam dunia politik Indonesia. Namun, keanggotaan partai bisa memberikan keuntungan strategis dalam menghadapi dinamika politik yang semakin kompleks. Jokowi, meskipun tidak terikat pada satu partai, tetap bisa mempengaruhi politik nasional dan menjalin koalisi dengan berbagai pihak. Gibran dan Bobby juga bisa memperkuat posisi mereka dengan bergabung dalam partai yang memiliki struktur dan jaringan yang luas.
Bobby, yang saat ini menjabat Gubernur Sumatera Utara, mungkin akan bergabung dengan Partai Gerindra, yang dikenal dengan sikap nasionalis dan revolusioner, cocok dengan gaya politik Bobby. Jokowi, yang sudah lama menjadi kader PDIP, bisa jadi lebih dekat dengan Golkar, partai yang membutuhkan sosok besar untuk melanjutkan pengaruhnya di kancah nasional. Sementara itu, Gibran, yang membangun karier politik di Solo, mungkin akan bergabung dengan PSI, yang memiliki pendekatan segar dan progresif, cocok dengan karakter politik Gibran.
Pernyataan Giring, eks Ketua Umum PSI, yang mengatakan "PSI kembali ke pemilik sebenarnya", menegaskan bahwa partai ini kembali ke nilai-nilai awal yang dibangun oleh para pendirinya. Ini bisa dilihat sebagai reaksi terhadap perubahan arah internal PSI.
Pada akhirnya, ke mana mereka berlabuh bergantung pada tujuan politik, kebutuhan partai, dan dinamika politik yang berkembang. Setiap keputusan akan membawa tantangan dan peluang baru bagi karier politik mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H