Mohon tunggu...
Abdul Aziz
Abdul Aziz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

bervespa menikmati alam dan tata ruang kota

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Integritas dan Tanggung Jawab, Menumbuhkan Budaya Pejabat Mundur Dengan Hormat dan Toleransi di Indonesia

10 Desember 2024   16:20 Diperbarui: 10 Desember 2024   16:20 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://setkab.go.id/presiden-prabowo-tanggapi-pengunduran-diri-gus-miftah-dari-jabatan-utusan-khusus-presiden/

Pengunduran diri Gus Miftah sebagai utusan khusus presiden mencerminkan sikap integritas dan tanggung jawab yang patut dicontoh oleh pejabat di Indonesia. Dalam konteks budaya pejabat publik, hal ini menunjukkan pentingnya kesadaran diri terhadap kapasitas dan kemampuan yang dimiliki, serta keberanian untuk mundur jika merasa tidak mampu menjalankan amanah dengan baik. Hal ini seharusnya menjadi budaya baru di Indonesia, mengingat banyaknya pejabat yang kadang bertahan meski tidak efektif atau tidak kompeten dalam menjalankan tugasnya.

Contoh Jepang dapat menjadi acuan, di mana pejabat publik seringkali mengutamakan rasa tanggung jawab dan kehormatan, bahkan rela mengundurkan diri jika dirasa telah gagal. Budaya semacam ini mengutamakan akuntabilitas dan transparansi, serta menjunjung tinggi moralitas dalam pemerintahan. Jika hal serupa dapat diterapkan di Indonesia, diharapkan pejabat dapat lebih menghargai amanah rakyat, serta meningkatkan kualitas pemerintahan dan kepercayaan publik.

Untuk saat ini mari kita percayakan kepada Presiden Prabowo Subianto untuk memilih sosok pengganti Gus Miftah sebagai utusan khusus presiden adalah langkah yang tepat, mengingat rekam jejaknya dalam dunia politik dan pemerintahan. Dengan mempercayakan Prabowo, diharapkan pengganti Gus Miftah nanti mampu menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab dan memberikan kontribusi positif bagi pemerintahan serta masyarakat.

Berbicara tentang toleransi, bukan berarti menuruti semua keinginan atau tuntutan dari kelompok tertentu hanya karena alasan hak persamaan. Toleransi sebenarnya adalah sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada di antara individu atau kelompok dalam masyarakat. Ini mencakup kemampuan untuk menerima adanya beragam pandangan, keyakinan, dan kebiasaan tanpa harus menyetujui atau mengikutinya.

Dengan kata lain, toleransi adalah pengakuan bahwa setiap orang memiliki hak untuk berbeda, namun perbedaan tersebut tidak berarti harus memenuhi semua tuntutan atau keinginan pihak lain, terutama jika itu bertentangan dengan norma atau kepentingan bersama. Toleransi yang sejati adalah keseimbangan antara saling menghargai hak individu dengan menjaga keharmonisan sosial, tanpa ada yang merasa dipaksa atau terpinggirkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun