Mohon tunggu...
Abdul Aziz
Abdul Aziz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

bervespa menikmati alam dan tata ruang kota

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilkada Jakarta, Ancaman Demokrasi di Tengah Klaim Semu Pelipur Lara

3 Desember 2024   12:38 Diperbarui: 3 Desember 2024   12:51 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.jawapos.com

Pesta demokrasi ajang pemilihan Gubernur Jakarta kini menjadi sorotan, tidak hanya tentang adu argumen saling klaim diantara para kubu kandidat, namun rendah tingkat partisipasi dalam pilkada Jakarta berada pada tingkat mengkhawatirkan.

Diawali dengan ancana coblos tiga paslon atau golput dari para pendukung anak abah setelah Anies Baswedan tidak lagi dipercaya parpol, hingga munculnya anggapan jika peserta pilkada 2024 di Jakarta kurang menarik.

Apa yang sebenarnya terjadi di Jakarta, apakah dinamika politik pemilu dan pilpres yang begitu menguras tenaga dan pikiran menjadikan pilkada Jakarta tak lagi seksi bagi pemilihnya, atau memang kegagalan partai politik dalam menghadirkan kandidat yang dipandang layak tak sesuai ekspektasi masyarakat Jakarta ?

Jakarta kerap disebut sebagai barometer politik nasional, besarnya perhatian masyarakat tidak terlepas dari kehadiran para tokoh politik terkenal serta peran media yang setiap saat menampilkan hiruk pikuk politik di Jakarta secara update, namun sekali lagi ternyata ini tidak membuat pilkada Jakarta lebih baik, bahkan bisa dikatakan Jakarta telah mengalami kemunduran berdemokrasi dengan tingkat partisipasi hanya mencapai 53,05 persen.

Jakarta kini dihadapkan pada situasi apakah harus terjadi dua putaran atau hanya selesai satu putaran, kubu pasangan Pramono-Rano mengklaim dirinya sudah mencapai target suara lebih dari 50 persen, sementara disisi lain kubu Ridwan Kamil-Suswono mengklaim data tidak ada kandidat yang mencapai 50 persen, bahkan kubu Pram-Rano sebagai pemenang disebut hanya mencapai suara 49,86 persen.

Sisi menarik lainnya adalah keterlibatan para tokoh elit politik dalam pilkada Jakarta kali ini yang dinilai membawa kepentingan politik jangka panjang, kubu KIM Plus sebagai pengusung pasangan Rido tentu menginginkan kemenangan sempurna dalam pilkada 2024, sementara kubu PDIP sebagai penantang ingin menjadikan klaim kemenangan pilkada Jakarta sebagai pelipur lara atas kekalahan besar calon PDIP di Provinsi Jawa, Banten dan Sumatera.

Sebagai partai di luar pemerintahan bagi PDIP kemenangan di Jakarta dipandang sangat penting khususnya demi kepentingan politik kedepan, tidak hanya tentang pilpres yang akan datang, namun dengan menjadikan Jakarta sebagai kandang baru Banteng akan mempermudah laju pergerakan oposisi PDIP dalam menentukan sikap politiknya selama 5 tahun kedepan.

Ingat semua kejadian di Jakarta selalu menjadi santapan media, baik itu tentang pencitraan politik, masalah hukum, hingga pergerakan massa demonstrasi selalu berpusat di Jakarta, hal ini secara politik tentu saja sangat menguntungkan bagi siapapun kelompok yang berkuasa di Jakarta, apalagi dengan status PDIP sebagai partai oposisi tentu PDIP butuh wadah untuk menularkan pemikirannya, untuk itu Jakarta adalah tempat yang tepat untuk menjadi panggung baru dan pusat pergerakan politiknya kedepan.

Sorotan juga kini difokuskan kepada KPUD Jakarta yang akan mengumumkan keputusan hasil pilgub Jakarta pada 15 Desember mendatang dan akan menjadi titik puncak apakah diperlukan pilkada dua putaran atau selesai satu putaran, yang jelas dibutuhkan dukungan semua pihak agar KPUD bisa bekerja maksimal tanpa takut terhadap intervensi dari pihak manapun termasuk dari kelompok yang sudah mendeklarasikan kemenangan semuanya di Jakarta.

Sisi lain yang perlu diingat adalah, ketakutan kubu Pram-Rano jika terjadi dua putaran adalah adanya kutukan dalam pilkada Jakarta dimana pemenang di putaran pertama selalu keok dalam putaran kedua seperti dalam dua kali perhelatan pilkada Jakarta periode sebelumnya, untuk itu harapan besarnya melalui penggiringan opini kemenangan semuanya tersebut, kubu Pram-Rano akan membuat KPUD Jakarta berada dalam tekanan bilamana pada akhirnya pilkada Jakarta harus diputuskan dua putaran.

Apakah Jakarta akan bertahan dengan tradisi dua putarannya, atau menyerah ditengah terancamnya pesta demokrasi yang semakin menurun, yang jelas apa yang terjadi kali ini akan membawa dampak politik besar kedepannya, tidak hanya bagi Jakarta tapi bagi keberlangsungan politik nasional untuk 5 tahun kedepannya, jadi mari kita tunggu apa yang akan terjadi pada 15 Desember mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun