Mohon tunggu...
Abdul Aziz
Abdul Aziz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

bervespa menikmati alam dan tata ruang kota

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pembubaran Acara Forum Tanah Air, Isu Kebangsaan dan Identitas di Masa Transisi Kepemimpinan

1 Oktober 2024   19:03 Diperbarui: 1 Oktober 2024   19:08 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembubaran acara Forum Tanah Air (FTA) pada 28 September 2024 di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, tentunya menjadi perhatian banyak pihak. Acara yang bertujuan untuk menjalin silaturahmi kebangsaan antara diaspora dan tokoh serta aktivis nasional ini bisa jadi menghadapi berbagai tantangan, termasuk isu-isu sensitif yang berkaitan dengan kebangsaan dan identitas.

Tindakan anarkis semacam ini tidak hanya merugikan penyelenggara acara, tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif pada citra masyarakat yang ingin menyampaikan pendapat secara damai. Penting untuk memahami latar belakang dan motivasi di balik tindakan tersebut, apakah berkaitan dengan isu politik, sosial, atau ketidakpuasan terhadap kebijakan tertentu atau hanya dengan kepentingan golongan tertentu.

Pembubaran diskusi seperti yang terjadi di acara Forum Tanah Air dapat memiliki dampak signifikan terhadap masa transisi pemerintahan antara Jokowi dan Prabowo. Situasi semacam ini bisa menciptakan ketegangan di masyarakat dan mengganggu stabilitas politik, terutama jika terjadi di tengah isu-isu sensitif yang berkaitan dengan kebangsaan dan identitas.

Kita ketahui bersama bahwa saat ini adalah masa-masa transisi atas kepemimpinan Presiden Jokowi kepada kepemimpinan presiden terpilih Prabowo Subianto. Dalam masa-masa ini tentu saja nuansa politik masih terasa pasca pilpres yang menyimpulkan bahwa Prabowo Subianto adalah presiden Indonesia pilihan rakyat untuk masa bakti 2024-2029.

Masa transisi ini bisa kita sebut dengan masa yang krusial, dimana stabilitas politik harus bisa teratasi demi kelancaran transisi dan juga kelancaran kepemimpinan selanjutnya, maka dari itu kita sebagai warga negara juga harus menjaga stabilitas politik dalam masa transisi ini.

Pemerintahan baru perlu menangani dinamika tersebut dengan hati-hati, berusaha menjaga dialog terbuka dan mencegah konflik yang lebih besar. Jika pembubaran dianggap sebagai indikasi adanya ketidakpuasan atau ketegangan sosial, maka penting bagi pemimpin baru untuk merespons dengan pendekatan yang inklusif, mendengarkan aspirasi masyarakat, dan mencari solusi untuk isu-isu yang ada.

Penting bagi pihak kepolisian untuk mengungkap motif di balik pembubaran diskusi tersebut dengan transparan. Dengan melakukan penyelidikan yang menyeluruh dan terbuka, mereka dapat memberikan pemahaman yang jelas kepada publik tentang apa yang terjadi, serta mencegah spekulasi yang bisa memperburuk situasi.

Transparansi dalam proses ini tidak hanya akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap institusi penegak hukum, tetapi juga menunjukkan komitmen untuk menangani isu-isu yang berkaitan dengan kebebasan berekspresi dan hak berkumpul.

Untuk itu, publik diharapkan tidak terpancing emosi dan tetap tenang adalah langkah penting untuk mencegah eskalasi konflik. Penekanan pada kepercayaan kepada pihak kepolisian untuk menindaklanjuti kasus ini dengan adil dan transparan juga sangat krusial, karena penegakan hukum yang baik dapat membantu meredakan ketegangan. Bisa saja ini merupakan agenda asing yang tidak senang dengan niat mengadu domba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun