Mohon tunggu...
Abdulazisalka
Abdulazisalka Mohon Tunggu... Tutor - Tinggal di The Land of The Six Volcanoes . Katakan tidak pada Real Madrid.

Membacalah, Bertindaklah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lagi, Senyawa Sepak Bola Pergi

26 November 2020   08:43 Diperbarui: 26 November 2020   08:54 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit foto: bdnews24 

Di tengah tarian-tarian kaki menawan
Di sela gocekan yang menggairahkan
Merajam tiap helai kandang lawan
Menjerat perih tenaga saingan  

Aku tak pernah mampu mengelak lagi
Kau idola yang semerbak sinar mentari
Kau merasuk pikiran hati
Kau mengasah rasa cinta banyak diri 

Yaaa, banyak manusia cinta bola karena kau 

Berpangku latar menunggu kemenangan
Pertandingan yang menderu-deru
Bersama ombak suporter yang mulai merobek keheningan
Sebuah kenangan indah itu menghunjam tepat di dadaku 

Ketika perih mengingat hari ini
Saat kita harus berpisah bumi
Tentu kau tak pernah menyerah
Bahwa ini serupa lilin-lilin anugerah 

Kau pernah berkata:
"Saya hidup dan saya ingin tetap hidup" 

Kami sangat percaya dan meyakini
Karena kata-kata
Memang tak pernah sedikit pun takut mati! 

Alka, 26 November 2020 

Bagi teman saya Saif Roja ia berkata, "Sepak bola tersusun dari dua senyawa, Cruijff dan Maradona" Keduanya telah tiada. Mungkin saja ini bukan lagi sepak bola!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun