Mohon tunggu...
Abdulazisalka
Abdulazisalka Mohon Tunggu... Tutor - Tinggal di The Land of The Six Volcanoes . Katakan tidak pada Real Madrid.

Membacalah, Bertindaklah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Menantang Kepedihan

23 November 2020   14:56 Diperbarui: 23 November 2020   15:17 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit foto : https://psychologydictionary.org/

Tiada guna 
Kamu telah mengurai air mata
Kamu terkapar dalam lubang kesedihan yang menyiksa
Kamu terlelap dalam kubang hati, termenung dengan penyesalan

Coba saja 
Kamu melihat pada cermin
Kamu adalah keindahan-keindahan yang tak terjamah
Kamu adalah kehidupan-kehidupan yang penuh dengan warna  

Lihat juga 
Kamu selalu menjadi pagi yang terbenam
Kamu telah menjadi siang yang teduh
Kamu sudah menjadi malam yang benderang

Untuk apa 
Seharusnya kasih tak membuat diri menjadi lara
Seharusnya cinta tak membuat diri terpasung derita
Seharusnya sayang tak membuat asa menjadi tertunda

Tengok jua 
Ribuan bunga-bunga indah menanti kebangkitan
Rasakan dunia baru itu akan sangat menawan
Nikmatilah karnaval-karnaval kebahagiaan

Mari kita 
Mengadakan pameran semangatmu pada dunia
Melangkah pada oase indah kehidupan
Dimana tak pernah lagi ada air mata

Tertawalah dengan lepas diatas penderitaanmu
Tunjukkan pada dia dan semua
Bahwa ini adalah perhelatan akbar menantang kepedihan! 

Alka, 23 November 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun