Mohon tunggu...
Abdul Afwu
Abdul Afwu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemikir Lepas

Ini adalah sampah pikiran, saya membuang semuanya di sini. Umpanya itu bermanfaat bagi anda, ambil. Apabila mengganggu saya minta maaf, harap maklum ini sampah.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kamu Gen Z? Soft Saving? Suka Menabung? Baca Ini!

5 Februari 2024   21:28 Diperbarui: 5 Februari 2024   21:33 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari ini saya kerap mendengar istilah soft saving. Tapi sebenarnya saya tak tahu pasti maksud dan tujuan dari istilah itu. Alhasil terlemparlah saya menuju website ssediksi dan terpampang sebuah artikel "Apa itu Soft Saving? Tren Menabung Ala Gen Z".

Setelah membaca dengan seksama, saya rasa soft saving ini gaya hidup yang cukup menarik. Soft saving sendiri menitikberatkan pada gaya hidup yang lebih moderat dan fleksibel. Alih-alih harus ugal-ugalan hidup hemat untuk menabung, soft saving menawarkan alternatif untuk dapat menabung secukupnya serta tidak lupa untuk tetap bisa menikmati hidup yang ada.

Trend soft saving ini tentu sangat kontras dengan konsep frugal living yang lebih dulu saya kenal. Konsep frugal living lebih menitikberatkan untuk bisa hidup ngirit agar dapat menabung lebih banyak dari orang pada umumnya (tipe agresif). Sedangkan soft saving lebih mengarahkan pada keseimbangan psikis dan mental dalam menabung (tipe moderat). Dan saya sangat memahami itu, sebab sejujurnya aktivitas menabung itu akitvitas yang cukup susah. Hah, mengapa susah?

Dengan adanya gempuran informasi, dan media sosial yang menampilkan gaya hidup serba berkecukupan dan bermewah-mewahan. Ditambah lagi kemudahan akses untuk mengajukan kredit dan pinjaman secara virtual. Tentu menabung bukan aktivitas yang menarik lagi untuk dilakukan para generasi Z. Alhasil tak sedikit yang lebih memilih untuk menikmati hidup (dengan cicilan) di masa sekarang daripada harus menunda menikmati hidup di masa nanti.

Tapi sebenarnya yang saya pertanyakan dan cukup skeptis dari konsep soft saving adalah apa soft saving ini sudah tepat? Apa jangan-jangan hanya pembelaan gaya hidup konsumtif para gen Z saja? Sebab gaya hidup soft saving ini tak terkesan serius dalam hal menabung, hanya terkesan simpanan recehan yang ujung-ujungnya dikeluarkan juga untuk pemenuhan keinginan trend. Padahal esensi menabung adalah menjadi bantalan untuk kebutuhan di masa mendatang. Agar hidup dapat lebih fleksibel dan tenang.

Baik, tanpa babibu langsung saja begini opini saya,

Dalam memahami apakah soft saving sudah cukup tepat atau tidak adalah dengan melihat kembali pada hakikat aktivitas menabung itu sendiri. Perlu diketahui bahwa saya adalah tipikal orang yang cukup ekstrim dan radikal dalam menabung. Saya melihat bahwa menabung tidak hanya perkara menumpuk uang, lebih jauh dari itu menabung adalah melatih jiwa. Kemampuan kita dalam menabung itu erat dengan kemampuan kita dalam menahan diri, merendahkan ego, dan berfikir rasional.

Sayangnya banyak dari kita tidak memahami menabung sebagai terapi untuk melatih diri sendiri. Padahal kegiatan menabung dapat menjadi jalan untuk dapat lebih mengenal diri sendiri, utamanya dalam memahami batas-batas diri seperti batas kesabaran, batas ego, batas rasionalitas. Dengan memahami batas-batas itu kita dapat melatih untuk meningkatkan diri menjadi lebih baik lagi. Dan seperti nya soft saving tidak melihat menabung lebih dalam daripada sekedar menyisihkan uang dan melanjutkan hidup.

Tentu saja saya mungkin dapat memahami mengapa pola soft saving menjadi trend di kalangan gen Z. Sebab utamanya adalah "sederhana dan mudah". Padahal seni menabung itu terletak pada sulitnya melawan ego untuk menahan diri dan berkata "cukup". Itu sebabnya saya mencoba menawarkan nasihat bagi penggemar soft saving untuk melihat lebih jauh tentang memaknai menabung dan gaya hidup. Selain itu perkembangan teknologi dan kemudahan akses dalam mendapatkan sesuatu juga mempengarahi gaya hidup serta gaya menabung seseorang. Generasi Z kini dihadapkan pada kedua hal tersebut, sehingga terciptalah efek instant gratification (kesenangan instant) yang mengakar pada diri. Inilah yang kemudian saya asumsikan mereka para gen z yang hidup dengan cara soft saving itu lemah dalam menahan diri untuk menunda kesenangan (delayed gratification). Sehingga tidak cukup pintar untuk melihat bahwa soft saving itu jauh dari filosofi menabung.

Ada beberapa nasihat yang menurut saya layak untuk diketahui tentang keuangan sebelum memutuskan bagaimana kamu akan bersikap pada uang:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun