Mohon tunggu...
Abdul Rojak
Abdul Rojak Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah hiburan, menulis adalah pelepasan ide dan gagasan

ABDUL ROJAK, tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencontoh Mahatma Gandhi dalam Mengerjakan Ujian: Buah dari Ketelitian

7 Februari 2011   09:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:49 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Disetiap Ujian, Biasanya ada peserta yang mengerjakan soal dengan cepat, lalu buru-buru keluar. Entah karena dia pintar atau memang dia gak betah lama-lama menghadapi soal, banyak alasan untuk itu.

Tapi ada juga yang benar-benar memanfaatkan dan memaksimalkan waktu yang diberikan. Alasannya pun beragam, ada yang mengerjakan soal tidur dulu, 15 menit sampai dengan 30 menit, setelah merasa fresh, baru dimulai lagi. Atau mengerjakan beberapa soal, trus istirahat, kemudian baru lanjut lagi. Atau ada yang serius secara suntuk memperhatikan soal, mengutak-atiknya, mengingat-ingat catatan dan buku paketnya atau wajah gurunya, bahkan ada yang mengingat tulisan di papan white board ketika gurunya menerangkan, mereka-reka mana jawaban yang pas.

Kunci dari ujian adalah ketelitian. Walaupun persiapan belajar sudah maksimal, otak encer dalam menyerap pelajaran dan latihan, tapi ketika saat ujian tiba, kita punya kebiasaan untuk terburu-buru mengerjakan soal dan cepat keluar ruangan, maka kita akan mudah terjebakpada kecerobohan dan kesalahan dalam menjawab soal. Kesalahan kecil bisa menjadi fatal.

Mahatma Gandhi, dalam suatu autobiografinya bercerita tentang masa lalunya ketika masih Sekolah Menengah. Beliau menulis bahwa ketika masih Sekolah, beliau bukanlah termasuk anak yang pintar dan cepat menangkap pelajaran. Tapi beliau punya kebiasaan untuk selalu teliti dan sabar dalam menjawab soal, baik pada saat latihan maupun ujian. Walaupun dalam kelasnya ada yang lebih pintar darinya, Gandhi dalam raport, peringkatnya selalu lebih tinggi dibanding anak yang pintar tersebut. Kuncinya adalah ketelitian, karena anak yang pintar tersebut punya kebiasaan untuk cepat-cepat menjawab soal dan keluar ruangan lebih cepat. Dan hasilnya adalah kecerobohan, kalaupun nilainya baik, tapi kurang maksimal karena kurang teliti dan sabar.

* Penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun