ME-JI-KU-HI-BI-NI-U, merupakan mantra untuk menghapal urutan nama pelangi/warna, yaitu MErah, JIngga, KUning, HIjau, BIru, NIla dan Ungu. Mantra tersebut dalam metode belajar disebut Mnemonik, yang dalam tradisi Indonesia disebut Jembatan Keledai. Mengapa disebut Jembatan Keledai?
Yang namanya keledai dikenal oleh masyarakat umum adalah binatang yang bodoh dan tidak pernah belajar dari kesalahan atau kecerobohan sebelumnya. Hingga dalam suatu kasus, bahwa keledai ini digambarkan, kalau terjerambab ke dalam suatu lubang maka pada hari berikutnya dia pun bisa jatuh ke tempat yang sama. Untuk membantu keledai yang bodoh maka kita harus membuat sebuah jembatan agar, keledai tidak jatuh pada lubang yang sama.
Maka nya dalam peribahasa disebutkan, “jangan seperti keledai, yang bisa jatuh pada lubang yang sama”. Ini mungkin pepatah, ini mungkin hanya peribahasa, apakah keledai sebegitu bodohnya sampai-sampai tidak mau belajar dari kesalahan sebelumnya, penulis merasa perlu ada penelitian berikutnya. Hanya saja dalam tulisan ini, penulis mengambil peribahasa yang sudah biasa dan berkembang dalam masyarakat lalu mencoba mengambil system ini dalam pembelajaran sejarah.
Dalam konteks pembelajaran sejarah, Jembatan Keledai merupakan alat bantu agar memori otak (keledai) siswa dengan mudah mengingat materi yang sudah diberikan guru atau yang sudah dipelajarinya sendiri. Untuk menghapal suatu materi sejarah yang dirasa terlalu banyak dan butuh daya ingat yang kuat, namun karena keterbatasan daya ingat dan kemalasan, Jembatan Keledai (otak) ini dapat digunakan sebagai pembantu mengingat materi tersebut.
Belajar dengan menggunakan jembatan keledai tidak jauh berbeda dengan belajar menggunakan peta konsep. Jembatan keledai atau peta konsep pada dasarnya membantu otak agar mudah mengingat. Intinya, otak manusia selalu mengingat peristiwa, kata, kalimat yang memiliki makna atau kesan. Setiap yang bermakna pasti berkesan dan setiap yang berkesan akan sulit dilupakan. Contohnya, orang selalu mengingat cinta pertama atau saat putus cinta karena peristiwa ini mengandung makna dan kesan.
Jembatan keledai adalah salah satu metode belajar cepat dalam mengingat materi pelajaran. Caranya, guru tinggal merangkum materi-materi penting yang harus diingat siswa ke dalam sebuah kata atau struktur kalimat yang bermakna. Otak kita akan mengidentifikasi kalimat tersebut sebagai jembatan pikiran untuk mengingat konsep-konsep penting yang harus kita ingat. Sebagai contoh penulis akan melakukan rekapitulasi dari materi pelajaran sejaran kelas X, XI sampai kelas XII. Materi kelas X berisi materi tentang Kehidupan Manusia Prasejarah (purba), Pembabakan Zaman Prasejarah menurut ilmu geologi, dibuat dalam sebuah kalimat bermakna seperti Archa Pak leo Mencari Nenek. Kalimat ini membantu siswa untuk mengingat pembabakan sejarah menurut ilmu geologi secara berurutan dari masa tertua sampai termuda, yaitu Archaikum, Palaezoikum, Mesozoikum, dan Neozoikum.
Masih Materi kelas X, penulis juga memperkenalkan jembatan keledai untuk mengingat masa pembabakan sejarah menurut alat-alat hidup yang digunakan manusia purba. Pembabakan tersebut dibuat dalam kalimat bermakna, Pak leo Mencari Nenek Mega di Peru. Jembatan keledai tersebut mengurutkan pembabakan masa prasejarah dari zaman batu sampai zaman logam, yaitu zaman Palaeolithikum, Mesolithikum, Neolithikum, Megalithikum, dan Perundagian.
Materi kelas XI berisi materi tentang Sejarah masuknya Hindu Budha, dan Islam. Kerajaan Tarumanegara memiliki peninggalan berupa 7 prasasti, yang dapat dijembatani dengan mantra PAK MUJi CuCI TanGan, yaitu prasasti Pasir Awi, Kebon kopi, Muara cianten, Jambu, Cidang hiang, Ciareuten, dan TuGu. Sedangkan untuk materi Masuknya Islam di Indonesia, yang dibawa oleh dan disebarkan Walisongo di pulau Jawa dapat disingkat dengan GIGI MAMA KiKI BeDA, yaitu Sunan GIri, Sunan Gunung jatI, Sunan MuriA, Sunan Maulana malik ibrahim, Sunan Kudus, Sunan KalIjaga, Sunan Bonang, Sunan Drajat dan Sunan Ampel.
Sedangkan materi kelas XII berisi tentang materi Proklamasi dan Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, ada 4 perundingan besar antara Indonesia dengan Belanda yang memiliki pengaruh dalam perjuangan pengakuan kedaulatan kemerdekaan bangsa Indonesia oleh Belanda, yaitu Linggarjati, Renville, Roem-royen, dan Kmb, yang dihapalkan dengan LiRRiK. Lalu dalam perjanjian Linggarjati disepakatilah suatu keputusan bahwa, wilayah Indonesia yang diakui kedaulatannya hanya meliputi wilayah SumatEra, JAwa dan Madura dan dapat disingkat dengan SEJAM.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, jembatan keledai dapat membantu dan memudahkan siswa belajar dengan menyenangkan. Mereka merasa
tidak terbebani lagi dengan konsep-konsep yang harus diingat atau dihafalkan. Untuk lebih menyenangkan lagi, siswa dapat diberi kebebasan membuat jembatan-jembatan keledai sendiri sesuai dengan kreativitas masing-masing. Dengan demikian siswa bukan hanya diajarkan mengenai konsep-konsep dalam ilmu pengetahuan, tetapi yang lebih penting diajarkan bagaimana cara belajar dengan efektif dan menyenangkan (learning how to learn and learning fun).
Pembelajaran dengan menggunakan jembatan keledai terbukti bisa mengingat sebuah konsep
dalam jangka waktu lama.
Jembatan keledai bisa digunakan pada mata pelajaran ilmu sosial maupun eksak. Kuncinya guru dan siswa harus diajak kreatif untuk mengotak-atik kata atau kalimat yang berkesan, sebagai jembatan keledai untuk mengingat sebuah konsep. Jika sudah berkesan di otak, sampai kapan pun konsep penting pelajaran apapun akan tetap diingat dan sulit dilupakan. Untuk itu, jika kita ingin tetap diingat oleh anak didik kita, buatlah hal-hal yang berkesan untuk mereka.
* Penulis adalah Guru Sejarah, SMA Labschool-Avicenna Cinere.
Keterangan : Penulis terinspirasi dengan para Founding Father Indonesia seperti Soekarno, Tan Malaka, dan Soe Hok Gie. Soekarno menyingkat Kaum Nasionalis, Agama dan Komunis di Indonesia dengan NASAKOM, TRIKORA adalah Tri Komando Rakyat, DWIKORA adalah Dwi Komando Rakyat. Tan Malaka menulis gagasan Materialisme, Dialektika dan Logika disingkat dengan MADILOG. Soe Hok Gie seorang pecinta alam menamakan perkumpulan Mahasiswa Pencinta Alam dengan MAPALA. Jembatan Keledai yang indah bukan ? dan Singkatan itu pun menjadi ABADI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H