Dua sahabat Karib ini punya pekerjaan yang sama, yang satupetugas Branwir (Kita sering menyebutnya Blangbir), yang satu lagi Relawan banjir.
Dua Karib ini cinta dengan pekerjaannya, tidak seperti kebanyakan orang yang benci dengan pekerjaannya. Kalaupun kebanyakan orang itu bertahan dan tersenyum pahit atas ketidak ikhlasannya dalambekerja, itu hanya terjadi sebulan sekali atau dua bulan sekali, saat akan mendapat gaji bulanan, insentif dan tunjangan. Aku lebih suka menyebut mereka pelacur, yang punya slogan “Kerja Enak, Duit Banyak “. Orang kebanyakan ini menganggap mereka kerja cerdas, tapi aku lebih suka menyebut mereka kerja malas. Tapi persetanlah dengan persepsi. Aku hanya paham satu hal dari wejangan ibuku, bahwa kerja memang capek dan melelahkan, tapi kerja membuat manusia ada dan eksis.
Kembali pada cerita dua karib itu. Si Branwir akhirnya memiliki kecintaan pada pekerjaannya setelah pada suatu hari dia berhasil menyelamatkan seorang anak perempuan yang terjebak kebakaran, walaupun rumah toko (ruko) itu ludes habis terbakar oleh si Jago Merah. “… kupikir pekerjaaninilayak dicintai daripada hanya mengutuk dan mengeluhkan segala sesuatu seperti sikap banyak orang…”demikianucap si Branwir. Sedangkan bagi si Relawan kerja itu dapat ditangkap melalui ucapannya, yaitu “… setiap aku menolong anak kecil atau seorang perempuan, sebenarnya akutengah berhalusinasi sedang menyelamatkan anak dan mantan keluargaku yang karam. Bukankahitu semacammengerami dusta?...”. Suatu sikap yang harus dipilih dan setelah dipilih harus dijalani suka atau tidak suka, dicintai atau dibenci. Maka memilihlah untuk mencintai…
* Penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H