Mohon tunggu...
Abdul Rojak
Abdul Rojak Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah hiburan, menulis adalah pelepasan ide dan gagasan

ABDUL ROJAK, tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Anak Jalanan atau Anak Rumahan

5 Juni 2011   17:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:50 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Untuk memahami kebebasan dengan baik sebuah pilihan, kita bisa menganalogikannya dengan dua pilihan, yang pertama menjadi Anak Jalanan atau Anak Rumahan.

Anak Jalanan

Anak Jalanan, adalah anak yang bebas, untuk berpikir dan bertindak. Jalanan adalah rumahnya, seluas dan sepanjang jalanan yang ada. Aturan hidupnya adalah aturan jalanan, siapa yang cepat dia dapat, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Bebas, lepas dan melapangkan. Sebagai anak jalan dia tidak terikat oleh aturan yang biasa ada dalam rumah, mandi 2 kali sehari, tidur siang secara teratur, makan 3 kali sehari, belajar di rumah dan di sekolah, kalau bersalah mendapat hukuman dari orang tua maupun guru-guru. Bentuk-bentuk aturan itu dalam kamus anak jalanan tidak ada, semua bebas dan semua “boleh”. Aturan rumah dan sekolah bagaikan penjara yang membatasi ruang dan gerak.

Anak Rumahan

Anak Rumahan bertolak belakang dengan konsep Anak Jalanan. Anak Rumahan hidup nyaman dalam rumah, tidak kehujanan saat hujan, tidak kepanasan saat panas matahari menyengat, makan teratur, tidur teratur, belajar dengan teratur, di batasi oleh peraturan dan kedisiplinan yang dijaga oleh orang tua dan guru-guru. Sebagai Anak Rumahan keteraturan, dan kedisiplinan adalah harga mati, karena bila dilanggar maka tuntutan hukuman menyambutnya secara otomatis dan mendidiknya agar Anak Rumahan kembali pada ”rel” yang benar. Tidak bisa Anak Rumahan berbuat semaunya, segala hal ada konsekuensi, ada hak dan kewajiban, ada hal-hal yang harus dilakukan dan ada hal-hal lain juga yang bisa dilakukannya sesuai dengan aturan dan kesepakatan yang ada. Itulah Anak Rumahan.

Kesimpulan

Memang benar Anak Rumahan tidak bebas menuruti kehendaknya, tetapi dalam rumah membebaskan mereka dari begitu banyak marabahaya dan ketidaknyaman.

Anak Jalanan tidak ada yang menjamin mereka dari ancaman kendaraan yang lalu lalang, ancaman Anak Jalanan yang lain yang lebih kuat dan perkasa, para Preman dan jenis penganggu lainnya.

Bahkan untuk sekedar makan saja mereka perlu berjuang lebih keras dan saling sikut satu sama lain, bila fisik tidak kuat yang ada adalah tersingkir dan tersudut kelaparan. Belum lagi bila sudah dapat sedikit makanan, apakah dapat dijamin makanannya bebas dari segala jenis kuman dan penyakit yang membahayakan perutnya, karena makan dijalanan sudah pasti banyak ditemani lalat dan debu jalanan. Sedangkan Anak Rumahan, di rumah sudah ada yang menjamin makanan tersedia 3 kali sehari empat sehat lima sempurna dan orang tua menjaganya dengan kasih sayang.

Anak jalanan bila sakit, siapa yang akan merawatnya, mereka mungkin punya teman, tetapi apakah teman bisa menggantikan peran orang tua yang merawat lebih baik dan intensif dalam mencurahkan daya dan upaya untuk suatu kesembuhan. Belum lagi dari segi obat, pelayanan dan fasilitas kesehatan, Anak Rumahan Jauh lebih unggul daripada anak Jalanan.

Analogi ini bisa kita perluas dalam sikap kita memilih hidup, sebagai anak Rumahan yang teratur dan disiplin atau Anak Jalanan yang bebas berkeinginan dan berkehendak.

* Penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun