Abad pertengahan yang dimulai kurang lebih 6 – 15 Masehi merupakan suatu masa kemunduran dari peradaban bangsa Eropa. Itu yang dinamakan dengan Siklus Peradaban. Ada masa jaya dan masa keruntuhannya, untuk kemudian maju kembali.
Aku melihat abad pertengahan seperti dikatakan banyak orang sebagai abad kegelapan yang kental dengan kultur agraris yang kolot. Padahal sejarah Eropa yang gemilang dulu tercipta karena perdagangan melalui jalur laut di Asia Minor, namun ketika kultur agraris jadi pegangan, Eropa mandeg.
Tapi yang jadi pertanyaan, apakah hubungan agama Kristen dengan kultur agraris?
Ketika agama Kristen pada abad ke 6 dan seterusnya, telah berkembang dengan pesat dan meluas, para pendeta dan gereja telah memegang peranan yang begitu penting, sehingga umatnya manut (patuh), baik dalam keyakinan, gaya hidup dan cara mencari nafkah. Dan sistem ekonomi gereja pada saat itu sangat mendominasi dengan gaya agraris.
Dengan berkuasanya para pendeta dan sistem kegerejaan itu pulalah yang menyebabkan otoritas berpikir secara bebas semakin terbatas dan tertindas. Manusia abad pertengahan mandul secara intelektual. Hanya para pendeta dan calon pendeta saja yang bisa belajar mengecap dunia pendidikan. Tapi itupun hanya menciptakan lulusan yang pandai meniru saja, menjaga tradisi yang sudah ada, tidak kreatif untuk melahirkan inovasi baru dalam cara berpikir, penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sembilan abad merupakan masa yang lama, aku geleng kepala.
catatan : menurut pendukung abad pertengahan, mereka tidak mau menyebut abad itu sebagai abad kegelapan tapi mereka menyebutnya sebagaiAbad Iman.
* Penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H