Mohon tunggu...
Abdul Rojak
Abdul Rojak Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah hiburan, menulis adalah pelepasan ide dan gagasan

ABDUL ROJAK, tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Homeschooling

11 Maret 2011   04:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:53 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Homeschooling mirip-mirip dengan les privat, Homeschooling mirip dengan pendidikan tutorial di pesantren-pesantren, Homeschooling juga mirip dengan apa yang pernah dilakukan oleh Haji Agus Salim dalam mendidik anak-anaknya.

Sejarah Homeschool

Pasca Perang Dunia II, nilai-nilai kemanusiaan mulai bangkit, dari yang biasa-biasa saja sampai yang ekstrem. Itu merupakan puncak kebosanan dari perang yang berkepanjangan. Di Amerika Serikat muncullah gerakan Hippies, Nudies, Free Sex, Free Drugs dan musik rock irama yang menghentak penuh kebisingan. Mereka sudah sumpek, butuh ketenangan dan kedamaian hidup. Budaya timur yang eksotis dan mistis pun merambah di Amerika Serikat era tahun 60-an, New Age, seperti Yoga dan Samadi. Ini merupakan refleksi dari protesnya warga Amerika Serikat terhadap pemerintah dengan peperangan antar Blok, Vietnam selatan di pihak Amerika Serikat -Kapitalis dengan Vietnam Utara di pihak Uni Soviet-Komunis.

Disatu pihak, gerakan kebebasan kemanusiaan secara ekstrim sedang dinikmati sebagian orang Amerika Serikat, dilain pihak, terutama kaum Fundamental (gerakan radikal kanan) mulai cemas memikirkan masa depan anak-anaknya tumbuh dalam lingkungan yang liar tanpa kendali moral yang benar.

Protes pun mulai dilancarkan kaum fundamental terhadap keadaan sekolah yang terus menerus membiarkan free sex dan free drugs berlanjut. Aksi berikutnya, karena angin kebebasan yang tidak bisa terkendali, akhirnya mereka dari pihak orang tua satu persatu mulai mengambil alih pendidikan dan pembelajaran anak-anaknya dari sekolah formal ke sekolah nonformal di rumah.Namun kaidah-kaidah dan kurikulum yang diajarkan hampir sama dengan yang ada di sekolah formal bimbingan Pemerintah Amerika Serikat.

Inilah awal mula Homeschooling terjadi dan masih berlanjut hingga kini di Amerika Serikat, bahkan jumlah pengikutnya pun dari tahun ke tahun terus bertambah. Disamping lebih murah dan efesien dalam pengeluaran biaya sekolahnya, juga lebih santai dalam waktu pembelajaran. Orang tua dalam hal ini bisa lebih mengontrol anak-anaknya agar tidak terjerumus dalam degradasi moral akibat free sex dan free drugs.

Homeschooling sebagai pendidikan alternatif yang muncul di kalangan masyarakat Amerika Serikat saat itu awalnya kurang mendapat perhatian dari pemerintah, tapi setelah melihat kualitas yang dihasilkan Homeschooling lebih baik dari anak-anak yang belajar di sekolah formal. Angin segar pun diberikan pemerintah Amerika Serikat terhadap anak-anak keluaran Homeschooling. Di tahun 70-an dikeluarkanlah undang-undang yang membolehkan anak-anak Homeschooling untuk bisa mengikuti ujian masuk ke sekolah-sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi yang ada di Amerika Serikat.

Sasaran Homeschooling memang anak-anak usia balita sampai anak umur sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, sebab di usia-usia dini seperti inilah yang sangat rawan untuk mudah terpengaruh unsur-unsur negatif dari luar. Perjuangan untuk bisa mendapatkan ujian penyerataan masuk ke sekolah menengah dan perguruan tinggi, merupakan pertimbangan strategis para orang tua untuk bisa mengembangkan bakat anak, karier dan juga pertimbangan keterbatasan ilmu orang tua menghadapi ilmu yang terus bertambah dan berkembang. Dan perlu dicatat sasaran anak Homeschooling untuk ikut dalam ujian penyetaraan selalu yang dipilih adalah sekolah-sekolah favorit danperguruan tinggi yang bonafit dan berkualitas sekelas Harvard University. Ini menunjukkan suatu indikasi bahwa Homeschooling berhasil diterapkan di Amerika Serikat sebagai gerakan pendidikan alternatif.

Inti dari pembelajaran Homeschooling adalah menanamkan minat belajar mandiri pada anak. Konsep ini mirip-mirip dengan UT (Universitas Terbuka) di Indonesia. Seperti yang sudah disinggung di atas, Homeschooling memindahkan sekolah formal ke rumah, jadi dalam pembelajarannya pun diperlukan jam belajar seperti di sekolah formal umumnya untuk pemberian materi oleh orang tua dan penguasaannya oleh si anak. Dan untuk penguasaan ini, bagi si anak waktu yang diperlukan sangat bebas dan santai, tapi tanpa mengurangi keseriusannya dalam menyerap semua materi yang diajarkan orang tua. Penguasaan materi tersebut bisa dilakukan di rumah, perpustakaan umum, toko buku, museum, pusat informasi dari berbagai lembaga dan media yang ada, juga pelatihan-pelatihan umum lainnya. Inilah kelebihan Homeschooling, mengajarkan anak untuk belajar mandiri.

Homeschooling di Indonesia

Untuk kasus Indonesia, konsep Homeschooling tidaklah terlalu asing, tapi sebagai suatu gerakan yang pernah dilakukan oleh kaum fundamental (katolik dan yahudi) Amerika Serikat belumlah begitu populer di Indonesia. Gerakan pendidikan alternatif yang muncul di Indonesia masih berkisar pada pendidikan bagi anak-anak gelandangan, pengasong, pemulung, orang tua buta huruf,masyarakat suku terasing, tipe-tipe anak jalanan yang liar dan semacamnya. Dan itu biasanya dipelopori oleh lembaga-lembaga sosial dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang peduli dengan pendidikan dan perkembangan generasi muda bangsa Indonesia, sebagai masyarakat binaan yang diasuh oleh LSM tersebut. Kalaupun ada Homeschooling di Indonesia dengan lembaga-lembaga yang semi formal, gerakannya muncul karena kebutuhan khusus, seperti misalnya anak-anak kelas menengah ke atas (orang kaya) yang tidak naik kelas atau anak tersebut harus mendapat kebutuhan khusus karena kesulitan bergaul dengan teman-teman sebayanya.

Masih sedikit yayasan-yayasan pendidikan yang peduli dengan konsep Homeschooling di Indonesia. Menurut informasi, yayasan Pelita Harapan telah menerapkan program ujian penyetaraan terhadap anak-anak didikan konsep Homeschooling. Tanpa harus punya ijazah sekolah formal yang berjenjang dari tahun ke tahun, asal anak mampu menjawab soal ujian masuk perguruan tinggi (semacam SMPTN, SIMAK dll) maka anak tersebut berhak masuk ke sekolah tersebut.

* Penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun