Mohon tunggu...
Abdul Rojak
Abdul Rojak Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah hiburan, menulis adalah pelepasan ide dan gagasan

ABDUL ROJAK, tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Beban Berat Tas Sekolah Anak Indonesia

25 Maret 2011   06:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:27 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari saat sedang mengajar, aku menugaskan setiap anak untuk mencatat tulisan yang sudah ku tulis di papan white board. Setelah aku perhatikan ada satu anak perempuan yang tidak ikut mencatat seperti teman-temannya yang lain. Ku tegurlah anak tersebut, ”kenapa tidak mencatat Cika?”, nama panggilan anak itu. Dia menjawab, ”saya sakit punggung pak? Kemarin saya abis ke dokter, katanya jangan banyak digerakin dulu. Tapi nanti saya nyatet pak, liat punya temen”. Dengan penasaran aku tanya lagi, ”emang sakit apa Cika?”. Dia menjelaskan, ”saya kan sejak SD selalu bawa tas berat pak, dan sekarang baru kerasa. Pas di cek dokter ada pengapuran, trus dirongsen kata dokter tulangnya sedikit bergeser”.

Setelah percakapan itu aku pun jadi ingat anakku Rina yang sekarang ini masih SD kelas 1. Bahwa memang benar apa yang menimpa Cika, bisa saja suatu saat akan menimpa anakku. Setiap hari pun aku melihat anakku selalu membawa ras ransel dengan beban yang cukup berat. Setiap hari anakku memiliki jadwal dalam satu hari bisa 2 pelajaran sampai 4 pelajaran. Kalau dikalkulasi dengan 2 pelajaran saja, maka anakku harus membawa dua buku paket, 2 buku LKS, 2 buku tulis catatan, dan 2 buku tulis tugas. Belum lagi anakku selalu membawa bekal makanan dan minumannya ditambah dengan jas hujan antisipasi hujan di musim hujan.

Beratnya kurikulum di Indonesia membuat jumlah mata pelajaran yang harus digapai setiap siswa pun menjadi berat. Dan itu juga berefek pada jumlah buku yang harus dibawa setiap hari, entah itu buku paket, buku LKS, buku tulis catatan, buku tulis tugas. Bayangkan saja, berat buku paket satu pelajaran berkisar antara 100 – 300 per gram, buku tulis cacatan beratnya berkisar 30 - 60 gram, buku tulis tugas 30 - 60 gram. Belum lagi LKS walaupun lebih tips dari buku paket namun bila ada 2 – 4 pelajaran cukup banyak berat beban punggung seorang anak. Belum lagi bila seorang anak harus membawa bekal dari rumah untuk makan siang plus minumannya, ditambah pada hari-hari tertentu dalam seminggu seorang anak harus ikut ektrakurikuler, misalnya seorang anak ikut ekskul futsal atau basket, maka dalam tas nya bisa terdapat baju salin, sepatu salin, kaos kaki dst. Dan pada kasus anak tertentu yang hobi membaca novel atau majalah yang juga harus dibawanya ke sekolah.

Solusi


  1. Trolley bag atau tas dorong, merupakan solusi bagi kurikulum yang berat di Indonesia ini. Namun ini pun hanya bisa efektif bila di kotasedangkan di daerah akan terasa sulit karena jalan di daerah tidak sebagus di kota.


  1. Loker siswa. Setiap siswa di sekolahnya disediakan satu loker untuk satu siswa.


  1. Satu buku paket di bagi menjadi beberapa jilid, seperti seri buku komik Indonesia jaman dulu dan di sesuaikan dengan jumlah bab, seperti misalnya bila dalam satu buku paket ada 5 bab, maka ada 5 jilid buku pecahannya. Dan bila pada hari itu sedang memasuki bab 1 maka setiap siswa hanya membawa jilid 1 dari buku paket itu dan tidak usah membawa satu buku paket dengan semua bab pada hari itu yang belum tentu dipelajari.


  1. Kertas File Folder, buku tulis catatan dan tugas akan lebih praktis dan tidak membebani siswa dengan menggunakan kertas file folder dan kertas folder kosong dibawa sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pada saat itu.


  1. Satu meja siswa satu laptop/komputer. Dengan fasilitas ini maka BSE atau buku sekolah elektronik dari pemerintah bisa lebih maksimal, dimana pada tahap berikut BSE harusnya tidak perlu dicetak, namun siswa melihatnya di komputer. Catatan atau tugas tidak perlu ditulis dengan kertas namun memanfaatkan fasilitas komputer tersebut yang sudah terkoneksi secara LAN dengan komputer gurunya.


  1. I pad atau netbook. Pada tahap berikutnya, kalaupun siswa harus membawa media untuk mencatat dan menyimpan memori maka setiap siswa bisa membawa I Pad atau netbook yang ringan dan tipis namun berdaya guna.

* Penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun