Mohon tunggu...
Abdul Rojak
Abdul Rojak Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah hiburan, menulis adalah pelepasan ide dan gagasan

ABDUL ROJAK, tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aji Mumpung Jadi Pejabat

23 Maret 2011   07:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:31 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pejabat public bila sudah melewati tahap pertama dari masa jabatannya, maka pada tahap kedua masa jabatannya akan digunakan secara maksimal untuk 3 hal, pertama, mengembalikan modal awal, kedua, memperkaya diri, ketiga, mempertahankan kekuasaan. Walaupun tidak semua pejabat public seperti itu, namun pola umum menampakkan data secara menyolok di depan mata.

Mengembalikan Modal Awal

Untuk menjadi pejabat di negeri kita tercinta ini, tidak cukup hanya segudang prestasi dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk melicinkan jalan menuju kursi dan jabatan yang diinginkan dibutuhkanmodal awal. Layaknya sebuah bisnis yang akan dimulai, modal seseorang harus dipertimbangkan, kalau perlu diada-adakan. Dan modal yang ”baik”,maka ”laba” yang didapat pun akan ”baik”, namun bila modalnya ”cekak” maka dapat dipastikan bukan ”laba” yang dipanen namun ”gigit jari” bahkan lebih dari itu ”buntung”. Hahaha

Dengan persyaratan tidak tertulis tersebut, maka mengembalikan modal awal adalah target pertama untuk bisa merasa lega dan puas karena di awal telah diperas habis-habisan oleh pejabat senior sebelumnya. Bagaimana caranya mengembalikan modal awal? Ya dengan pola yang sama menekan calon pejabat baru, atau dengan trik-trik dan proyek-proyek siluman (pejabat lebih paham lah, hahaha).

Memperkaya Diri

Setelah modal awal kembali, maka langkah berikutnya adalah memperkaya diri, tentunya dengan cara-cara yang juga korup dan manipulatif. Jabatan sudah tinggi, kursi nyaman, kerja kalau lagi mau aja, ya ngapain lagi, kalau bukan memperkaya diri. Mumpung masih menjabat, hehehe.

Memperkaya diri di sini bukan hanya sekedar mengurusi perut sendiri dan kantong celana sendiri, tapi disini juga terjadi penggemukkan keluarga batih, seperti isteri/suami, anak, orang tua dan keluarga besar. Tidak cukup sampai disitu, pejabat aji mumpung ini pun harus ingat dengan sejarahnya, yang pernah dibesarkan oleh partai tertentu atau kelompok tertentu. Hingga pos-pos atau ”perut-perut rakus yang lapar” ini pun harus di isi dengan rata jangan sampai menimbulkan kecemburuan. Urusannya pasti gawat kalau terjadi kecemburuan diantara ”perut-perut rakus yang lapar” ini.

Mempertahankan Kekuasaan

Mengembalikan Modal Awal sudah, Memperkaya Diri sudah, maka tahap berikutnya adalah Mempertahankan Kekuasaan. Walaupun sudah melewati tahap kedua masa jabatannya sekarang ini, pastinya kenikmatan yang sudah direngkuh dan dinikmati secara bersama-sama dengan kroni-kroninya, tidak ingin kenikmatan itu hilang begitu saja dan jatuh ke tangan orang atau kelompok lain, maka sebisa mungkin dengan kekuasaan yang dimiliki akan mempertahankan kekuasaan berikutnya. Kalau perlu merubah undang-undang yang sudah ada, atau dengan mengkader figur yang satu kelompok atau satu sekutu. Semua bisa diaturlah, hahaha.

Bagaimana dengan Rakyatnya ?

Secara tugas pokok dan fungsi (tupoksi), seorang pejabat adalah pelayan bagi majikannya. Siapa majikannya?

Karena para pejabat eksekutif digaji dari hasil pengumpulan pajak rakyat, maka sudah pastilah, majikan dari para pejabat itu adalah RAKYAT. Namun memang dunia sudah terbolak-balik, rakyat sebagai majikan kini harus melayani pelayannya yaitu pejabat-pejabat keparat itu. Memfasilitasinya dengan kantor yang megah, mobil kualitas nomor satu sebagai alat transportasi, baju dinas yang mentereng dst. Namun apa balasan dari pejabat itu ?.

* Penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun