Mohon tunggu...
Abdul Rojak
Abdul Rojak Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah hiburan, menulis adalah pelepasan ide dan gagasan

ABDUL ROJAK, tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Musa Vs Samiri

22 Februari 2011   15:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:22 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awalnya nabi Musa AS, telah berhasil mengajak umat Israel kembali pada Tuhan yang esa, satu. Suatu saat Musa harus pergi ke gunung Thur untuk memenuhi janji yang telah Allah tetapkan baginya. Harun AS dipanggilnya dan diberinya sebuah tanggung jawab dalam bentuk: "Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku dan perbaikilah. Dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan." (Al-A'raf:142). Namun ketika nabi Musa AS meninggalkan umatnya sebentar selama beberapa tahun, Samiri datang dan membelokkan ajarannya dan akhirnya umat israel meninggalkan Tuhan yang esa dan kembali menyembah patung anak sapi. Setelah Nabi Musa AS kembali beliau kecewa umatnya menjadi tersesat kembali. Terjadi pertarungan dan perdebatan dengan Samiri, Samiri kalah, diusir dan pergi meninggal nabi Musa AS dan umatnya. Sosok, figure, teladan atau ajaran Nabi Musa AS, dapat diaktualisasikan dengan pendidikan yang diterapkan di sekolah ataupun didikan orang tua di rumah. Guru selaku pengajar dan pendidik di sekolah ataupun bapak dan ibu di rumah pastinya memiliki visi tentang masa depan anak-anaknya. Mereka pasti ingin anak-anaknya tumbuh baik, sehat dan sukses nantinya. Hingga ketika dewasa menjadi pribadi yang matang dan mandiri, secara fisik, kejiwaan dan financial. Namun lingkungan yang membentuk pribadi seorang anak bukan hanya orang tua di rumah dan guru di sekolah, ada juga lingkungan teman-teman baik itu di rumah maupun di sekolah atau bahkan teman-teman di dunia maya, seperti jejaring social. Dan kesemuanya secara langsung atau tidak langsung member teladan dan contoh dalam pembentukan karakter anak. Akan mudah menjadi baik dan sehat seorang anak, bila lingkungan teman-temannya pun baik dan "sehat". Namun bila lingkungan teman-temannya jahat dan "sakit", maka prilaku-prilaku negative dengan mudah masuk dan terserap dalam diri seorang anak. Lingkungan yang jahat dan "sakit" ini pun dapat dianalogikan sebagai sosok, figure, teladan atau ajaran Samiri. Sosok tokoh yang telah menyesatkan umat Nabi Musa AS, yang pada awalnya menyakini ketuhanan yang esa (tauhid) menjadi penyembah patung anak sapi. Tentunya kita sebagai orang tua tidak ingin anak-anak kita tersesat oleh Samiri (lingkungan teman yang jahat dan "sakit"), maka belajar dari kisah Nabi Musa AS jangan sekali-sekali kita meninggalkan anak-anak kita sendiri tanpa pengawasan yang melekat dan bimbingan yang intensif, karena sekali pengawasan kendor dan lepas bimbingan, seperti anak domba yang terlepas dari rombongan sang anak dengan mudah menghilang, tersesat dan terpengaruh oleh Samiri (lingkungan yang jahat, "sakit",). Sesat dan menyesatkan. * Penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun