Mohon tunggu...
Abdul Rojak
Abdul Rojak Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah hiburan, menulis adalah pelepasan ide dan gagasan

ABDUL ROJAK, tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lebaynya TV atau Pemirsa TV

14 Februari 2011   06:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:37 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kelahiran sebuah media baik cetak, radio, TV ataupun internet sesungguhnya adalah sebuah cermin akan hidup manusia dengan semua cerita, problematika, mimpi, harapan dst. Dan sebagai sebuah cermin, media massa tsb memiliki banyak interpretasi, refleksi, sudut pandang dan kepentingan, tak terkecuali acara TV. Bahkan untuk media yang satu ini acara TV memiliki pengaruh lebih besar dibanding dengan media yang lain dalam mempengaruhi pemirsanya, hal ini dikarenakan acara TV merupakan media yang mudah untuk diakses, murah dan tahan lama, hanya dengan modal TV, antena dan listrik, acara TV masuk kedalam ruang privat kita, diruang tamu atau kamar.

Bagaimana menyikapi tayangan TV? Tentunya kita sendiri sebagai penonton, tahu dengan jelas dan pasti apa-apa yang sangat suka kita tonton dan dengar. Ajahn Brahm salah satu Bhikkhu Pimpinan Vihara Bodhinyana di Perth, Australia Barat yang juga pengarang buku lintas agama, mengajarkan pada penulis bahwa dalam memulai hari di pagi hari sebisa mungkin diisi dengan hal yang ringan, tenang dan tidak membuat pikiran menjadi emosi tinggi. Dengan bekal wejangan tersebut penulis selalu memulai hari, kalau pun menonton TV, maka penulis memilih acara-acara televisi yang ringan, seperti film seri kartun, atau musik,tayangan yang menyejukkan jiwa, seperti ceramah agama. Jangan lah memulai hari dengan tayangan berita yang berat, yang kadang bikin emosi, seperti kasus politik nasional,korupsi yang merugikan rakyat banyak, acara Infotainment tentang kelakuan artis yang “aneh-aneh”, atau berita kriminal yang kadang diluar logika bikin kita gemes pengen mukul pelaku kriminal.

Kalau diawal hari, saat pagi tiba saja kita sebagai pemirsa sudah kalah dengan tayangan TV, maka dapat dipastikan, sepanjang hari waktu-waktu yang berjalan kitapun kalah dengan tanyangan TV tsb. Masalahnya adalah bukan pada tayangan TV yang lebay, tapi kekalahan kita sebagai pemirsa yang selalu salah dalam menyikapi tayangan-tayangan tersebut. Menurut Body Clock (www.vision.net), sesungguhnya jam 17.00 – 19.00 wib, adalah jam piket organ ginjal sedang kuat, sebaiknya digunakan untuk belajar karena terjadi proses pembentukan sumsum tulang dan otak serta kecerdasan. Tapi, oh tapi!, ternyata tayangan TV sedang dalam waktu yang prime time, tayangan dan acara TV dibuat seseru-serunya oleh stasiun televisi, dan kita sebagai pemirsa kemudian menyerah kalah dan terus manteng di depan layar kaca tersebut. Dengan alasan waktu keluarga pada waktu prime time itu satu keluarga, ayah, ibu, dan anak-anaknya menyaksikan acara televisi dengan antusiasnya, mereka tidak sadar waktu-waktu tersebut sesungguhnya lebih efektif di isi dengan belajar bersama, makan malam sambil berdiskusi dan menguatkan satu sama lain, atau bagi yang muslim mengaji di masjid, mushala, atau dirumah bersama keluarga.

Menjelang malam, saat tubuh akan rebah tertidur, kalau kita perhatikan, acara TV makin malam makin mesum. Tahukah kita, bahwa memori otak manusia selalu menyimpan dengan baik dan sempurna pada saat akan menjelang tidur di malam hari. Bayangkan bila setiap malam, memori otak kita selalu di isi dengan acara TV yang makin malam makin mesum, maka saat bangun tiba pagi hari naluri, pikiran dan tindakan kita di”setir” oleh pikiran “kotor” dan “mesum”. Karena hal itulah, penulis selalu membiasakan untuk sekitar sepuluh sampai tiga puluh menit, sebelum anak saya tidur, penulis selalu membacakan atau menceritakan cerita dongeng, hikayat, kisah para nabi atau sahabat nabi, sampai dia tertidur. Karena berdasarkan penelitian ilmiah tentang kebiasaan mendongeng saat anak akan tidur, merupakan waktu yang efektif dalam memasukkan nilai-nilai kebaikan dan budi pekerti.

Saatnya lah kita reflesikan diri kita sendiri, sudah sampai sejauh mana pemahaman kita, tentang kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari, terutama dalam kebiasaan menyaksikan acara TV. Dan mulai bertanya, apakah acara TV yang lebay atau kita sendiri yang lebay?.

*Penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun