Mpu merupakan gelar dan artinya adalah seorang pandai atau tukang. Dalam konsep modern zaman sekarang, gelar mpu dapat disandingkan dengan, Insinyur (Ir.) Dokter (dr.) Guru (S, Pd) atau gelar pendidikan yang lain. Dalam legenda terbentuknya kerajaan kediri dikisahkan bahwa Kerajaan Medang kamulan yang saat itu di pimpin oleh Raja Airlangga meminta Mpu Baradah menyelesaikan masalah perebutan kekuasaan anak beliau yaitu Jaya Warsa dan Jayeng Rana. Dengan kebijaksanaan Mpu Baradah dalam ceritanya, beliau dengan membawa sebuah kendi yang berisi air, ia terbang di atas kerajaan Medang Kamulan. Ajaib, kucuran air itu berubah menjadi anak sungai. Kerajaan Medang Kamulan pun terbelah menjadi dua, Panjalu dan Jenggala. Legenda rakyat ini untuk sebagian bangsa indonesia yang mistis mungkin diterima begitu saja, bahwa memang orang-orang pintar pada jaman dahulu bisa melakukan keajaiban seperti itu. Namun kalau kita mau mereflesikan lebih jauh legenda rakyat tersebut, kita bisa menafsirkan bahwa mpu Baradah adalah seorang Mpu, seorang yang ahli dibidang tata negara dan geografis wilayah. Dan dengan kemampuannya tersebut, supaya perang saudara tidak terjadi diantara anak Airlangga, maka medang Kamulan dipecah menjadi 2 dengan batasnya adalah sungai berantas. Karena menurut legenda tersebut, kucuran air yang dibawa oleh mpu Baradah berubah menjadi Sungai Brantas. Padahal secara logika sebuah sungai terjadi karena memang terbentuk oleh alam dengan sendirinya melalui proses grafitasi air dari air matanya diatas gunung kemudian turun ke lembah menuju muara di lautan. Kalaupun ada yang bilang, kucuran air itu menjadi anak sungai dari sungai berantas kita dapat menafsirkan bahwa dengan keahliannya dan bantuan tenaga kerja manusia (rakyat Medang Kamulan), mpu baradah membuat sungai buatan dengan cara menggalinya hingga tepat ditengah membelah wilayah kerajaan Medang Kamulan. Ini hanya sekelumit kecil dalam cerita sejarah Indonesia yang berbau mistis dan ajaib, dengan sumber legenda, cerita rakyat atau pun babad. Dan karena sumber sejarah tersebut bernuasa supranatural maka banyak para ahli sejarah yang tidak menjadikannya rujukan utama, padahal kalau mau dicermati lebih dalam, banyak hal bisa kita gali dan angkat sumber tersebut menjadi sumber utama asal ditafsirkan dengan baik dan lebih rasional. * Penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H