Mohon tunggu...
Abdul Rojak
Abdul Rojak Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah hiburan, menulis adalah pelepasan ide dan gagasan

ABDUL ROJAK, tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rina Punya Teman Baru Gak?

31 Juli 2010   02:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:26 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Anakku Rina (6 tahun) baru saja pulang dari ngaji, di tempat TPA nya dulu, Ar Rohaniyah. Saat itu sore pukul17.30 wib. Hal pertama yang biasa aku tanyakan padanya adalah teman-temannya. “Hey, Rina tadi pulang ama siapa?”, dia menjawab, sambil minum karena hausnya, “Sama Selfi, Dafi, Nia, Diara Galang, Gilang,…..” dan teman-temannya yang lain yang dia sebutkan dan aku lupa namanya.

Masih seputar teman-temannya, biasanya aku menanyakan lagi, “Rina, punya teman baru gak?”, dia menjawab, “ kalo ditempat ngaji gak ada pak, masih sama, tapi kalo di SD 01 Limo, Rina kenal Fika, Tapi Fika gak kenal Rina”, aku mengernyitkan dahi. “Kok bisa?, Rina tau namanya dari mana?”, Sambil menunjuk ke kepalanya, dia bilang, “Fika pake bando yang ada namanya, jadi ina tau, tapi dia gak tau nama Rina”. (hahaha), “Oh, gitu!”, aku menganguk-nganguk.

Kebiasaan-kebiasaan kecil ini sepertinya remeh, tapi kalau kita bandingkan dan perhatikan, lebih banyak orang tua yang menanyakan pertama kali pada anaknya yang baru pulang sekolah dengan menanyakan “pelajaran sekolah”. Memang tidak salah menanyakan hal tersebut sebagai bentuk kepedulian. Tapi jawaban sang anak sesungguhnya sudah bisa ditebak, dengan memahami kualitas pendidikan secara umum di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Jawaban anak sebagai sebuah pola umum adalah, “Gurunya gak masuk!”, “Gurunya gak enak ngajarnya, marah-marah mulu!”, “Gak ngerti, gurunya gitu sih!” atau “Gak ngerti, pelajarannya gak aku suka!”. Sebuah tipikal yang sudah menjadi budaya.

Maka untuk tidak membuat pikiran kita dan anak kita tidak diracuni dengan kualitas pendidikan Indonesia yang seperti ini, biasakanlah untuk menanyakan hal-hal ringan tentang teman-temannya, baik teman yang sudah dikenalnya (teman lama) maupun teman barunya, bahkan yang baru saja dia kenalnya sekalipun. Dari hal seperti ini, banyak kejutan yang bisa kita dapat dari anak kita yang bercerita tentang teman-temannya.

Seperti anakku Rina pernah cerita, “Tadi agus marah-marah pak”, dengan antusiasnya. Aku menanyakan, “kenapa?”, dia menjawab, “Devina numpahin air di meja Agus, tas ama bukunya basah…”. Aku menimpali, “kalo dijemur nanti juga kering!”, Rina menukas, “tapi bukan air putih, air susu…”. Aku menganguk-angguk, “ohh, gitu, susah dong dibersihin?”, “iya”, jawab Rina dengan semangatnya. Dengan permulaan cerita tersebut, lalu aku masuk menasehati, “nah, Rina hati-hati ya kalau di sekolah, jangan sampai nyusahin temen, kaya temen Rina yang tumpahin air susu”, Rina nganguk-angguk. Ini contoh kecil, dan hal kecil, tapi anakku belajar tentang etika dan perilaku dari apa-apa yang dia lihat dan alami.

Komunikasi anak dan orang tua yang dimulai dari hal ringan seperti cerita teman-temannya, sesungguhnya memiliki dampak luar biasa dikemudian hari. Seperti misalnya Rina kini, tanpa kutanya lebih dulu tentang teman-temannya, dia sudah cerita terlebih dahulu, kalau dia punya teman baru, “namanya Chaca!”, terus aku Tanya, “gimana orangnya?”, “ Baik gak?”, “ Rumahnya dimana?”, dst. Dia cerita panjang lebar.

Mudah-mudahan secara tidak langsung aku telah mengajarkan anakku agar lebih “open” atau terbuka dengan banyak teman, tidak “kuper” dan eksklusif dalam berteman. Dan mudah-mudahan, kedepan, baik dia nanti di SMP, SMA,Kuliah,dansampai masuk dalam dunia kerja, dia mulai terbiasa dengan orang-orang baru, mengenal banyak karakter orang dan bisa memilih pertemanan yang baik dan berkah, baik di dunia maupun di akhirat kelak, Amin.

Cinere, 31 Juli 2010

*Penulis adalah guru Sejarah SMA Avicenna Cinere, Depok, Jawa Barat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun