Mohon tunggu...
Abdul Manan
Abdul Manan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

menjalani hidup sebagaimana mestinya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerita Lain dari SDSB-nya Pak Domo

19 April 2012   02:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:27 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudomo, salah seorang tokoh di republik ini telah tiada. Walaupun bagi sebagian orang selama perjalanan hidup beliau mengundang kontroversi, tapi saya menilai sekecil apapun Pak Domo tetap punya peran bagi bangsa ini.

Salah satu "produk" dari Pak Domo adalah SDSB yang singkatannya Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (kalo gak salah ya...). Saya tidak ingin berpolemik mengenai Pak Domo maupun SDSB, tapi lebih pada KARTU nya. Ya, kartu SDSB.

Cerita ini terjadi pada sekitar tahun 1990 an, ketika saya masih SD, dan kebetulan saat itu lagi "musimnya" SDSB. Waktu itu orang bilang "Tuku Nomer" kalau membeli SDSB ini. Hal ini tidak salah karena memang uang yang kita belanjakan pada bandar hanya akan diberi selembar kupon dan deretan nomor yang kalau beruntung kita akan mendapat hadiah... enak banget ya...  Nah, waktu itu ayah saya iseng-iseng juga beli, karena waktu itu sedang ronda dan katanya ada deretan "nomor mujur" yang malam itu akan keluar. Walhasil, dikantongilah selembar kupon dan deretan nomor keberuntungan itu.

Keesokan harinya, waktu akan berangkat ke kantor ayah saya mampir ke warung tetangga untuk membeli rokok. Sampai sini tidak ada masalah apa-apa. Tapi pada siang harinya ternyata ada "dampak" dari peristiwa tadi pagi. Tetangga saya penjual rokok datang menemui ibu saya dan bertanya, "bu, tadi bapak beli rokok kok uangnya kaya gini, apakah ini yang disebut cek?". Seketika itu juga ibu menerima "uang" yang disodorkan penjual rokok. Setelah diperhatikan dengan seksama ternyata yang dikira "cek" tadi adalah Kupon SDSB. Ya, ayah saya membayar sebungkus rokok dengan selembar kupon SDSB. Sekedar info tetangga saya adalah seorang tua yang tidak bisa membaca,  sehingga tidak tau kalau itu kupon SDSB.

Setelah ayah diberitahu kejadian ini jadi malu sendiri......

Ini ceritaku, mana ceritamu??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun