Mohon tunggu...
Abdul Kholis
Abdul Kholis Mohon Tunggu... -

Seorang pekerja seni, Yang menangani sebuah majalah di Jakarta. Lahir di Jakarta... Tantangan dalam hidup saya adalah kepuasan dalam berkarya untuk orang banyak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tangisan Sahur Anakku

1 Agustus 2011   06:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:11 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Alaram di hanphonku sudah mulai berbunyi pada pukul 4.30 waktu yang sudah aku tentukan untuk bangun sahur pada puasa hari pertama. Aku dan istriku segera bangun dari tidur dan membasuh muka tuk menghilangkan rasa kantuk yang menggerayut, setelah itu istriku memasak menu untuk sahur pada hari ini. Di saat istriku sedang masak, aku di kagetkan dengan tangisan anakku yang terbangun akibat kebisingan istriku memasak. Akhirnya akupun berusaha untuk merayunya agar diam, namun tangisnya makin kencang sambil merengek-rengek "sama bunda aja...sama bunda aja..." akhirnya aku serahkan pada istri agar diam dan tidak menangis lagi.O ya ..anakku bernama daffa baru berusia 3 tahun, dimana masa pertumbuhannya lagi lucu-lucunya.

Setelah anakku di pegang istriku diamlah dia, sambil aku bercandakan "kamu emang mau ikut saur.." dia hanya tersenyum " iya mau caur..." jawabnya. Akhirnya setelah menu hidangan sudah matang segeralah kami menyantap hidangan saur yang ditemani anakku sambil menonton televisi. Walaupun agak repot di saur hari pertamaku namun aku merasakan keceriaan dan kebahagiaan dalam ramadhan tahun ini. Terima kasih ya Tuhan (Allah SWT) Engkau sudah memberikanku kebahagiaan di awal Ramadhan ini. (Telkomsel Ramadhanku)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun