Mohon tunggu...
Abdul Ghofur
Abdul Ghofur Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penelusur jalan kehidupan, masih mencari makna dan hakikat hidup yang sejati.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengintip Destinasi Waduk Ketro

4 Desember 2017   08:42 Diperbarui: 4 Desember 2017   09:41 2092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waduk Ketro, Tanon, Sragen. (dok. pri)

Destinasi wisata air selalu menjadi lirikan untuk masuk daftar listmengisi liburan akhir pekan keluarga. Di antaranya destinasi pantai, air terjun, curug, telaga, danau, waduk, dan lainnya. Salah satu destinasi air yang berskala kecil dan terletak pada lokalitas daerah serta murah dan mudah dijangkau adalah waduk. Waduk merupakan sebuah tempat sejenis kubangan yang lebih kecil dari danau yang berfungsi untuk menyimpan persediaan air. Persediaan air waduk biasanya dimanfaatkan sebagai sarana irigasi di kala musim kemarau. Selain fungsi utamanya sebagai sarana irigasi, waduk juga digunakan untuk budidaya ikan air tawar, menyalurkan hobi memancing, dan tentunya sebagai salah satu destinasi wisata keluarga.

Tersembunyi dari hingar bingar keriuhan kehidupan perkotaan, di sebuah desa kecil di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah terdapat sebuah waduk yang bernama Waduk Ketro, dinamakan Waduk Ketro karena lokasinya berada di desa Ketro, Tanon, Sragen. Waduk Ketro dibangun pada kisaran tahun 1975-1984, merupakan waduk irigasi dengan kapasitas sekitar 892 ha. Waduk ini menginduk pada sungai Bengawan Solo dengan anak sungai Sungai Ketro. Waduk tersebut memiliki kapasitas daya tampung air maksimal (volume) sekitar 2 juta m3.

Kondisi Waduk Ketro masih sangat alami, airnya jernih, sejuk, dan sejauh mata memandang pepohonan hijau memanjakan mata setiap pengunjungnya. Pada pagi hari, biasanya hari Minggu, terlihat beberapa orang yang lari pagi (jogging) sambil menikmati indahnya matahari terbit (sunrise), sungguh keindahan yang tak terkirakan. Sore harinya bisa dilihat muda-mudi yang asyik lari sore sambil nongkrong di sekitar waduk menikmati matahari tenggelam (sunset). Di sekitar waduk juga terlihat beberapa penjaja makanan kecil seperti siomay, bakso ikan, dan lainnya yang siap memanjakan perut yang keroncongan. Setiap saat juga terlihat warga setempat dan luar daerah yang memancing, melingkar mengelilingi waduk. Bahkan pada bulan Ramadhan intensitas pengunjung lebih banyak alih-alih sebagai kegiatan ngabuburitbersama keluarga.

Sebagian besar mata pencaharian warga adalah petani. Sehingga sekeliling waduk merupakan daerah persawahan penduduk yang ditanami padi. Adapun di pinggiran waduk dimanfaatkan warga sekitar untuk ditanami berbagai jenis tanaman, seperti jagung, kacang, sayuran, dan lainnya. Pada waktu tertentu ketika kapasitas air stabil, beberapa warga juga memanfaatkan waduk untuk budidaya ikan air tawar melalui keramba apung sebagai mata pencaharian tambahan selain bertani. Kegiatan melihat dan berinteraksi dengan aktivitas warga sehari-hari tersebut mampu sejenak menghilangkan kejenuhan dan kepenatan warga kota yang selalu bergelut dengan pekerjaan dan kantor. Sedikit cakap-cakap dengan keramahan warga sekitar dan sajian gemericik air waduk akan mampu membuka cakrawala dan menyemai kenyamanan serta kedamaian.

Waduk Ketro merupakan salah satu alternatif destinasi wisata yang murah meriah dan mudah dijangkau bagi keluarga. Belum ada pengelolaan dari Pemerintah setempat, jadi siapapun yang berkunjung tidak dipungut retribusi dan bebas parkir di area sekitar waduk. Alangkah baiknya, melihat potensi yang luar biasa, ke depannya Pemerintah bisa menaruh perhatian lebih dengan menjadikan Waduk Ketro sebagai destinasi wisata daerah dengan melengkapi fasilitas pendukungnya. Juga sebagai wahana dalam mengenalkan kearifan lokal daerah setempat. Kegiatan-kegiatan positif pendukung bisa diagendakan oleh Pemerintah sebagai wujud melestarikan budaya lokal setempat yang adiluhung.

Pemerintah hendaknya bergerak cepat, karena beberapa laporan warga setempat, lokasi sekitar waduk acapkali dijadikan untuk kegiatan yang tidak positif, seperti pacaran, minuman keras, dan lainnya. Misalnya seperti dilansir dari joglosemar.co (05/08/2017) seorang siswi SMA di Tanon, Sragen digerebek sedang pesta minuman keras dengan 4 orang pria di pinggiran Waduk Ketro. Melalui penetapan Waduk Ketro sebagai destinasi wisata resmi dari Pemerintah akan menghilangkan atau setidaknya meminimalisir tindakan negatif yang terjadi di lokasi. Kegiatan negatif biasanya terjadi pada malam hari ketika warga istirahat setelah seharian beraktivitas.

Pada masyarakat sekitar Waduk Ketro juga berkembang mitos yang menyatakan bahwa di dalam Waduk Ketro terdapat banyak roh halus yang setiap tahunnya meminta tumbal. Mitos ini muncul dikaitkan dengan kejadian yang hampir setiap tahun terjadi peristiwa yang menewaskan warga. Menurut hemat penulis, sepanjang kita memiliki niat yang baik dan tidak melakukan hal-hal yang negatif tentu semua akan baik-baik saja. Sesuai penjelasan Webster's Dictionary bahwa mitos adalah perumpamaan atau alegori yang keberadaannya hanya merupakan khayal yang tak dapat dibuktikan. Mitos termasuk dalam salah satu jenis cerita dongeng. Mitos tersebut hanya sebagai pelengkap kekayaan budaya lokal setempat.

Akhirnya, berdasar uraian di atas, Waduk Ketro dengan segala pernak-perniknya merupakan salah satu destinasi yang recommendeduntuk menghabiskan akhir pekan bersama keluarga dan orang-orang tercinta. Pesona alam nan asri, natural, dan alami akan memanjakan anda dan keluarga sehingga betah berlama-lama dan menghabiskan waktu di sana. Beberapa spot untuk sekadar berswafoto atau groufie juga bisa ditemukan di sana, let's ambil kameramu dan ekspresikan aksimu, lalu pasang caption terbaik di akun medsosmu, buat teman-temanmu penasaran untuk ikut mengunjungi Waduk Ketro. Okay, Have the best holidays ever!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun