Di salah satu tulisan Bung Mafruhin “bukan tidak butuh tapi Indonesia menunggu tindakan fifa”
Sungguh saya terkejut membaca salah satu komentar seorang pencinta pssi yaitu Waldy :
“pssi memang gk butuh pemerintah, buktinya sudah banyak, tanpa apbn pun pssi/timnas bisa jalan, gak diakui negara pun yg rugi negara gak bisa ngapa-ngapain di sepakbola, pssi hanya butuh dukungan fifa dan gak sekalipun pssi ditinggal fifa, paham om vlar? “
Wow hehehe….begitulah pepatah lama mengatakan “kalau cinta sudah melekat, t*i kucing terasa coklat” ahahaha….Sungguh kasihan sekali pola pikir seperti ini, sungguh isi otak sudah fully dengan perasaan kasmaran tingkat tinggi terhadap NH, LNM and the gank…ahahahaha..
Di sana si komentator melihat bagaimana organisasi pssi yang sudah berjalan selama ini mewakili Negara Indonesia di kancah internasional, tanpa melihat bagaimana proses kelahiran dan falsafah adanya pssi untuk mewakili Indonesia di kancah Internasional dalam bidang sepakbola.
Diibaratkan sebagai berikut, misalnya Pak Waldy dan Bu Walda istrinya punya selusin anak yang mereka lahirkan, dimana maisng-masing anak punya keahlian masing-masing, ada yang pintar menyanyi, ada yang pintar mengaji, pintar memasak dan lain-lain. Suatu hari ada pengumuman dari ketua RT bahwa akan diadakan lomba menyanyi tingkat RT. Selanjutnya pasti Pak Waldy dan bu Walda akan memilih di antara anak-anaknya siapa yang pintar menyanyi untuk mewakli keluarga tersebut dalam lomba itu, tentunya yang akan dipilih adalah anak yang pintar menyanyi…iya kan, supaya menang ahahaha… Dari situ bisa kita cermati bahwa yang memilih yang berhak mewakili lomba tersebut tentunya pak Waldy dan bu Walda dong, bukannya pak RT yang menunjuk wakil keluarga tersebut dan selanjutnya saat lomba tentu si anak akan diperkenalkan bahwa dia mewakili keluarganya pak Waldy, bukan mewakili keluarga lain. Akan disebut durhaka tentunya ketika lomba apalagi jika sampai menang si anak mengatakan bahwa dia bukan mewakili keluarganya dan kemenangannya juga bukan karena dukungan dari kedua orang tuanya, apalagi kalau samapai si anak mengatakan bahwa dalam hidupnya dia tidak butuh orang tuanya…ahahaha….
Terus nanti muncul pemikiran, tuh kan yang dipilih untuk mewakili lomba nyanyi tersebut adalah anak yang pintar menyanyi bukan pintar mengaji atau pintar yang lainnya. Sering muncul komen seperti itu dari para pro status quo pssi, bahwa untuk megurus pssi haruslah orang yang punya pengalaman ngurus bola..gitu ya.. lha, kalo gitu artinya yang musti mengurus bola itu ya harus pengurus pssi, karena pssi lah selama ini satu-satunya organisasi yang ditunjuk negara Indonesia ngurusin sepakbolanya Indonesia..ahahaha…sempit sekali pikiran seperti ini, saya yakin dari ratusan juta rakyat Indonesia pasti banyak sekali yang mempunyai kemampuan manajerial dan teknis untuk mengurus bola Indonesia ehehehe…
Satu contoh saja bahwa Induk organisasi sepakbola suatu Negara itu butuh pemerintah adalah perlunya surat dukungan pemerintah untuk menjadi calon tuan rumah piala dunia, ingat tidak saat pssi di zaman NH ngebet untuk menjadi peserta bidding tuan rumah piala dunia?
Terakhir, saran penulis…sebaiknya sisakanlah sedikit di relung hati terdalam satu space yang bisa digunakan untuk melihat kekurangan bagaimana orang-orang status quo yang mengurus pssi selama ini…ya, Ok…..oklah….
Salam