Kiranya sudah menjadi rahasia umum jika iklan merupakan cara atau media yang efektif untuk memperkenalkan dan mempromosikan ide, barang, dan jasa, baik niaga maupun non-niaga kepada konsumen. Dengan kata-kata dan ilustrasi visual yang menarik, Anda dibujuk untuk membeli, memiliki, dan menggunakan produk yang ditawarkan. Dalam buku Advertising & Promotion, Terence A. Shimp mengemukakan bahwa iklan mempunyai fungsi komunikasi yang kritis. Sejatinya, menurutnya, iklan tidak saja menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan para konsumen, tapi juga memberi nilai tambah. Di sinilah nilai penting sebuah iklan dalam membujuk dan meyakinkan konsumen. Namun sayang, menurut saya, iklan yang dimuat di Klasika Kompas hari ini tidak memberi nilai tambah terhadap kebaikan. Apalagi bagi pendidikan. Spontan, justru membuat batin saya miris, masak sih sekelas Kompas meloloskan order iklan yang menampilkan ilustrasi kekerasan? Tidakkah Kompas mempunyai tim yang menyeleksi iklan yang masuk? Bagaimana mau memutus tali kekerasan jika iklan yang dipajang demikian!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H