Mohon tunggu...
Abdul Aziz
Abdul Aziz Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

manusia normal yang rajin dan suka menabung

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

"Dian yang Tak Kunjung Padam": Kisah Cinta dan Kritik Sosial di Era Kolonial

8 November 2024   09:02 Diperbarui: 8 November 2024   09:15 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

4. Perlawanan terhadap Sistem Kolonial

Melalui pasangan Yasin-Molek, pengarang mengajak pembaca untuk mendekonstruksi pemahaman tradisional tentang cinta, status sosial, dan potensi individu.

Warisan Pemikiran yang Abadi

"Dian yang Tak Kunjung Padam" lebih dari sekadar novel. Ia adalah manifesto pemikiran progresif, seruan untuk pembebasan, dan potret perjalanan intelektual masyarakat Indonesia menuju pencerahan.

Karya Sultan Takdir Alisjahbana ini membuktikan bahwa cinta tidak sekadar persoalan perasaan, melainkan juga pertarungan ide, pemikiran, dan cita-cita luhur untuk perubahan.

Novel ini mengajarkan bahwa revolusi sejati bermula dari kesadaran individual, pemikiran kritis, dan keberanian untuk melawan arus. Yasin dan Molek adalah simbol perlawanan, harapan, dan api pembaharuan yang tak kunjung padam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun