"Kamu janji gak akan tinggalin aku, kan?"
"Iya, aku sudah janji."
"Tapi kenapa kamu harus pergi? KAMU SUDAH JANJI, KAN?"
"Maaf, Aku benar-benar minta maaf."
Perlahan Arga mulai lenyap.
"Kenapa? KENAPA? Kenapa harus kamu yang pergi Arga?"
Arga hanya terdiam dan tertunduk, air matanya tak tertahankan. Mengalir dengan derasnya, seolah tak siap menerima takdir.
"Yang harus kamu tahu, Rohma. Kamu akan tetap jadi Peri Kecil ku, percayalah."
"Enggak, gimana aku harus percaya kalau kamu ternyata harus.....Ga? Arga? ARGA!!"
Arga lenyap sebelum Rohma menyelesaikan kata-katanya, bagai butiran debu. Meninggalkan satu kisah pilu yang tak seharusnya ia rasakan. Sesuatu yang seharusnya ia bisa cegah. Sesuatu, yang bisa saja perpisahan itu bisa dihindari.
*****************
Dua hari lalu.
"Air keabadian?"
"Iya, Ga. Katanya kalau kita bisa dapetin air itu dan minum airnya, kita bisa abadi."
"Ah, gak percaya kaya begituan. Lagian kalau ada kenapa gak ada yang bisa ambil?"
"Ya karena kebanyakan orang ya kaya kamu begini, gak percaya."
"Nah orang aja berada dijalan yang benar, lah kamu..."
Dengan kesal, Rohma mencubit tangan Arga.
"Ih, Arga. Ini beneran tahu."
"Ok, terus kamu mau ngapain?"
"Temenin aku."
Sontak Arga yang sedang meminum jus jeruknya tersedak.
"Hah? Temenin? Enggak ah, nanti ada yang aneh-aneh lagi."
"Takut kamu?"
Rohma menatap Arga lamat-lamat seolah menantang teman kecilnya ini.
Arga dan Rohma merupakan teman sejak kecil dari usia mereka lima tahun hingga sekarang mereka memasuki dunia SMA. Banyak kesamaan dari mereka salah satunya adalah hobi mereka, berpetualang. Hanya saja, Arga takut pada sesuatu yang ghaib, tapi ia berpura-pura berani di hadapan Rohma. Sampai-sampai Rohma paham betul kebiasaan buruk Arga ini.
"Iya enggak lah. Ayo lah, jadwalkan."
"Besok? Gimana?"
Arga mulai ragu dengan permintaan teman kecilnya ini.
"Aduh jangan besok dong, lagi sibuk nih."
"Kenapa? Takut kamu?"