Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tantangan Alam dalam Berhaji, Catatan Perjalanan Haji 2024 (Bagian 6)

2 Agustus 2024   21:06 Diperbarui: 2 Agustus 2024   21:08 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibadah haji dinyatakan dalam beberapa hadis Nabi saw sebagai jihad. Hal ini karena ibadah ini penuh dengan perjuangan. Di samping perjuangan untuk mengumpulkan bekalnya, juga perjuangan menghadapi berbagai tantangan dalam melaksanakannya. Ada tantangan dalam mengendalikan nafsu dan melawaan godaan setan. Ada pula tantangan alam seperti suhu panas yang ekstrim.Suhu panas menjadi salah satu tantangan yang paling banyak dirasakan oleh jamaah haji 2024 karena bertepatan dengan musim panas. Di Arab Saudi terdapat empat kali pergantian musim, yaitu musim dingin yang biasanya terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari. Musim semi terjadi pada bulan Maret dan April. Musim panas terjadi pada bulan Mei -September. Kemudian musim gugur pada bulan Oktober dan Nopember. Musim haji ini kebetulan berada di bulan Mei-Juli.  Penerbangan perdana jamaah haji Indonesia pada tanggal 12 Mei 2024. Puncak pelaksanaan haji yang dikenal dengan ARMUZNA (Arafah, Muzdalifah, Mina) terjadi pada tanggal 15-19 Juni 2024.

Kloter kami yaitu SOC 90 tiba di Mekkah sepekan sebelum ARMUZNA. Pada saat itu suhu udara  sudah berada di kisaran 42-46 derajat celcius. Tentu bagi kita orang Indonesia yang terbiasa dengan suhu di bawah 30 derajat celcius menjadi tantangan yang tidak ringan. Sejak di Indonesia, jamaah sudah diingatkan akan hal itu, baik oleh para nara sumber saat bimbingan manasik dan perjalanan haji, maupun oleh tim  kesehatan kloter dalam berbagai kesempatan rakor dengan karu karom dan grup medsos.

Oralit, APD (alat perlindungan diri), sering minum, semprotan air, adalah kata-kata yang selalu diulang-ulang oleh petugas kepada jamaah. Hal itu untuk memastikan kesehatan jamaah. Seringkali petugas kesehatan harus mengingatkan secara keras ketika oralit tidak terbagikan ke jamaah dan atau diabaikan oleh jamaah.

Oralit dikenal sebagai larutan untuk menyembuhkan diare. Banyak jamaah yang kebingungan ketika diminta untuk  minum satu saset oralit setiap hari meskipun tidak mengalami diare. Ternyata oralit tidak hanya untuk menyembuhkan diare. Larutan tersebut berfungsi sebagai pengganti cairan dan elektrolit yang ada pada tubuh. Sehingga dengan meminumnya menghindarkan jamaah dari resiko dehidrasi. Dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan seperti gangguan pencernaan dan gangguan kulit.

Selain masalah dehidrasi, cuaca panas dapat mengakibatkan heat stroke. Apa itu heat stroke? Heat stroke adalah gangguan medis yang dapat merusak pusat pengaturan suhu tubuh. Oleh karenanya, kalangan kedokteran menempatkannya sebagai salah satu penyakit yang berbahaya. Gejala lazimnya dari serangan heat stroke adalah temperatur tubuh yang tinggi namun tidak berkeringat, pandangan kabur dan hilang kesadaran.

Alhamdulillah, di rombongan jamaah kami tidak ada yang mengalami serangan heat stroke karena memiliki kesadaran cukup tinggi untuk mengantisipasinya dengan menghindari paparan matahari langsung, senantiasa memakai APD dan berbekal minuman ketika berangkat ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Di antara sesama jamaah, ketika hendak berangkat, sering keluar peringatan "jangan lupa senjata", yang dimaksud adalah APD dan bekal minum.

Selain terik matahari dan suhu panas, tantangan alam lain yang dihadapi oleh jamaah haji adalah topografi Mekkah yang terdiri dari pegunungan dan lembah. Ketika kita berangkat ke Masjidil Haram setelah turun dari terminal bus, kita harus berjalan kaki antra 500 sd  800 meter. Kalau pulang pergi bisa 1.5 km. Posisi Masjidil Haram yang berada di lembah di kelilingi banyak gunung, menjadikan jalan menuju masjid ini cenderung menurun. Selama haji, saya hanya pernah melewati dua terminal ketika menuju Masjidil Haram, yaitu terminal Syib Amir di distrik Gozzah dan terminal Ajyad di kawasan belakang Zamzam Tower. Berjalan kaki dari dua terminal ini  merasakan curamnya jalan menuju Masjidil Haram. Ketika pulang menuju terminal tenaga yang diperlukan lebih banyak lagi, karena jalannya cenderung menanjak.

Salah satu hal yang perlu diwaspadai dan diantisipasi oleh jamaah haji  adalah terjadinya kelelahan. Kelelahan yang sangat dapat menyebabkan penyakit asteria di mana tubuh kekurangan garam-garam kalsium dan natrium yang sangat penting untuk kekuatan otot. Jika seseorang mengalami serangan asteria, maka beristirahat saja tidak cukup melainkan perlu juga penanganan medis.

Asteria banyak menimpa jamaah yang tidak punya keluhan masalah kesehatan. Karena tidak ada keluhan kesehatan mereka kurang waspada dan kurang mengantisipasiya. Seorang teman jamaah mengalami hal tersebut. Dengan usia yang telah memasuki lansia ia termasuk jamaah yang tidak memiliki masalah kesehatan. Semangatnya pun sangat tinggi untuk melakukan aktivitas ibadah termasuk melaksanakan shalat fardhu di Masjidil Haram.

Para lansia dan jamaah yang tergolong risti dalam masalah kesehatan dianjurkan untuk mengurangi aktivitas shalat lima waktu di Masjidil Haram. Hal ini karena dalam pandangan jumhur atau mayoritas ulama keutaman shalat yang pahalanya 100 ribu kali tidak terbatas di Masjidil Haram saja, tetapi mencakup semua tempat di tanah Haram termasuk di hotel. Namun tentu shalat di Masjidil Haram tetap lebih utama karena effortnya lebih dan bisa shalat bersama Imam. Inilah yang mendorong para jamaah haji berusaha shalat di Masjidil Haram.

Alkisah teman saya yang sudah lansia dan  penuh semangat tersebut berangkat ke Masjidil Haram bersama beberapa jamaah lain pada pukul 14.30  WAS untuk melaksanakan shalat Ashar. Waktu shalat Ashar ketika itu sekitar 15.30. Setelah melaksanakan shalat Ashar mereka melakukan thawaf sunnah di Lantai 2. Untuk menyelesaikan thawaf di lantai  2 Masjidil Haram, diperlukan waktu 1 jam lebih. Usai thawaf mereka tidak pulang ke hotel, tetapi menunggu pelaksanaan shalat Magrib hingga shalat Isya'. Pada saat itu selesai shalat Isya' sekitar pukul 21.30 WAS. Ketika perjalanan pulang menuju terminal Syib Amir ia terjatuh pingsan. Saat terjatuh badannya tidak sempat menyentuh tanah karena salah seorang jamaah lain segera menahannya. Upaya penanganan awal sudah dilakukan oleh beberapa jamaah termasuk beberapa jamaah luar negeri. Ada beberapa jamaah yang berupaya menghubungi pusat-pusat layanan darurat di sekitar Masjidil Haram. Banyaknya jamaah yang harus dilayani tampaknya menyebabkan layanan ambulans untuk mengangkut teman tersebut terlambat. Beberapa jamaah haji luar negeri terlihat "ngomel" terhadap petugas atas keterlambatan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun