Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tinggal di Pesantren di Tengah Pandemi, Amankah?

28 Juni 2020   03:59 Diperbarui: 28 Juni 2020   04:05 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sektor pendidikan adalah yang pertama kali terdampak oleh situasi pandemik. Sejak pemerintah mengumumkan kondisi darurat covid, sektor pertama yang di lockdown adalah pendidikan. 

Sekolah dan universitas secara bim salabim langsung berubah menjadi distance learning (pembelajaran jarak jauh), study from home (belajar dari rumah)   dan online learning (pembelajaran daring). 

Sementara itu guru, siswa dan orang tua dipaksa oleh situasi  menjadi "pintar mendadak" dalam memanfaatkan berbagai teknologi pembelajaran daring dengan segala keterbatasan, keruwetan, dan keluh kesahnya. 

Pemberitaan tentang keluh kesah dan keruwetan ini ternyata lebih ramai di lini masa daripada kehebatan mereka beradaptasi. 

Tapi euphoria  pembelajaran daring tidak berlangsung lama setali tiga uang dengan kemampuan bertahan masyarakat untuk stay at home. Dua bulan tampaknya daya tahan kita untuk tinggal di rumah. Setelahnya kebanyakan orang mulai bosan dan jenuh. Mereka rindu suasana luar dan bercengkrama dengan handai taulan. 

Untuk konteks dunia pendidikan, perbincangan yang mengemuka adalah saol kualitas dan efektivitas pembelajaran yang dirasa belum bisa mendekati pembelajaran langsung di sekolah atau madrasah dan pondok pesantren. Dilema pun menggelayut di alam pikiran banyak pihak baik itu peserta didik, guru, orang tua dan pemerintah antara prioritas menjaga kesehatan dan menjaga kualitas pendidikan. 

Jika sekolah dan madrasah  telah ada komando dari pemerintah  untuk tidak membuka kembali pada tahun ajaran baru ini, kecuali di zona hijau dan dibuka secara bertahap.  Pesantren sedikit berbeda. Di samping secara kurikulum pesantren cenderung otonom, juga pesantren memungkinkan untuk diisolir untuk mencegah masuknya covid. Bahkan wapres KH Ma'ruf Amin sebagaimana dikutip Republika (8/6) menyatakan bahwa pesantren lebih aman dari sekolah umum untuk menerapkan tatanan normal baru.

Pernyataan RI-2 ini seakan menjadi salah satu dorongan moril bagi sebagian pondok pesantren untuk memulai tahun ajaran baru di bulan Juli mendatang. KH. Ahmad Jamil, MA., pimpinan Pondok Tahfidz Darul Qur'an Tangerang  dalam Webinar Nasional bertajuk " Dialog Peluang dan Tantangan  Boarding School di Masa Pandemik" yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al-Falah Gorontalo, menginformasikan bahwa ada sekitar 50 pesantren nasional yang akan memulai tahun ajaran baru  dengan tatanan new normal seperti Pondok Gontor, Pondok Sarang (Alm. Bah Maimun Zubaeir) dan Pondok Al Amin Perenduan Madura. 

Tentu pembukaan kembali pondok-pondok dilakukan  dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah masing-masing. Sementara itu ada pemerintah daerah yang tetap melarang pembukaan semua lembaga pendidikan termasuk pondok pesantren di masa transisi atau new normal ini. Pemerintah Jawa Barat contohnya, Ridwan Kamil telah mengumumkan bahwa pondok pesantren belum boleh dibuka pada tahun ajaran baru ini. 

Betulkah pesantren lebih aman dari paparan covid? Sebenarnya tidak ada tempat perkumpulan dan interaksi manusia yang aman dari kemungkinan paparan covid. Akan tetapi pesantren yang seluruh warganya berada di dalam kompleks yang terisolasi,  dan secara ketat menerapkan protokol pencegahan covid dan perilaku masa pandemi, maka orang tua akan lebih nyaman anak-anaknya berada di pondok pesantren daripada meraka di rumah yang ternyata tidak mudah untuk mendisiplinkan mereka untuk tidak keluar rumah. Belum lagi pusingnya orang tua dalam mengendalikan anak-anak dari bermain gadget. 

Namun jika pondok pesantren tidak memiliki kesiapan untuk itu, maka masalah baru akan muncul dan pesantren menjadi cluster baru penyebaran covid.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun