Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jurnalis lepas

"Progresif growth" bertumbuh sedikit demi sedikit.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penemuan Baru: Bumi Semakin Meredup Akibat Perubahan Iklim

13 Oktober 2021   08:43 Diperbarui: 13 Oktober 2021   08:49 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Baru-baru ini beberapa ilmuwan menemukan bahwa bumi yang kita tinggali semakin meredup. Artinya planet kita ini memantulkan lebih sedikit cahaya.  Dalam temuannya bumi saat ini memantulkan sekitar setengah watt lebih sedikit cahaya per meter persegi, jika dibandingkan 20 tahun yang lalu.  Hal ini setara dengan penurunan 0,5 persen dalam reflaktansi bumi, dimana secara total bumi memantulkan 30 persen cahaya yang diterimanya.

Peneliti dalam risetnya melakukan pengukuran earthshine. Earthshine adalah fenomena ketika cahaya matahari yang diterima bumi dipantulkan ke sisi gelap bulan. Kemudian bulan memantulkan kembali sebagian kecil cahaya yang diterimanya ke bumi. Waktu dan tempat terbaik untuk melihat ini adalah di belahan bumi utara pada hari-hari bulan baru selama musim semi.

Para peneliti menggunakan data cahaya bumi yang dikumpulkan di Big Bear Solar Observatory menggunakan teleskop khusus untuk melihat bulan. Kemudian mereka menggabungkan data itu dengan pengamatan dari Proyek Clouds NASA dan Earth’s Radian Energi System (CERES).

 Para peneliti mengumpulkan dua set data itu untuk mengukur apakah kecerahan bumi telah berubah.

Pengukuran ini dilakukan selama kurun waktu selama kurang lebih 800 malam atau 20 tahun yaitu dari tahun 1998 sampai 2017. Philip Goode dari New Jersey Institute of Technology mengatakan “selama 17 tahun pertama data yang dihasilkan kurang lebih sama, sampai-sampai mereka hampir membatalkan penelitian itu. Karena mereka sudah berjanji untuk melaksanakan penelitian itu selama 20 tahun, akhirnya melanjutkan kembali. Dalam 3 tahun terakhir penelitian, barulah mereka menemukan sebuah fakta yang mengejutkan, cahaya tanah telah turun secara drastis.

Pada awalnya Goode dan peneliti yang lain bahwa mereka telah melakukan kesalahan dalam melakukan analisis data. Jadi mereka mengulanginya dan ternyata memang benar. Mereka melihat bahwa data tidak berkolerasi dengan kecerahan matahari yang bervariasi karena siklus mataharinya. Ini artinya pasti ada sesuatu yang menyebabkannya.

 Para Ilmuwan menduga, bahwa fenomena ini disebabkan oleh awan rendah yang berada di atas samudera pasifik semakin berkurang. Awan ini adalah Salah Satu objek di bumi yang mampu memantulkan cahaya matahari. Hal ini berdasarkan data yang dicatat oleh CERES mengenai hilangnya awan terang di ketinggian rendah di atas permukaan laut samudera Pasifik Timur, di lepas pantai barat Amerika.

Peredupan cahaya di Bumi juga dapat dilihat dari seberapa banyak energi matahari yang ditangkap oleh iklim bumi.

Apa yang para ilmuwan perhatikan adalah tutupan awan. Sinar matahari yang mengenai awan akan dipantulkan kembali ke angkasa. Apabila tutupan awan semakin berkurang maka semakin banyak cahaya yang masuk daripada dipantulkan. Akibatnya adalah bumi menjadi semakin panas.

Penurunan tutupan awan paling besar terjadi di pantai barat Amerika Utara dan Selatan. Di wilayah ini suhu permukaan laut akan meningkat, akibat pembalikan kondisi iklim yang disebut Pacific Decadal Oscillation (PDO).

PDO adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada fluktuasi suhu laut jangka Panjang di seluruh samudera pasifik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun