"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." QS Al Ahzab ayat 59,
Peremuan dalam ranah keislaman selalu ditopang dengan kitab suci dan sunnah rasul untuk menjalani kehidupannnya. Hal ini merupakan bentuk pemulian kepada perempuan agar perempuan seakan-akan menjadi ratu dalam sebuah kerajaan yakni dunia. Islam mengajarkan bahkan dalam bentuk perintah yang keras kepada para perempuan agar perempuan untuk menjadi perempuan yang mampu menjaga dirinya dengan cara menutup auratnya. Bukan, hal ini bukan hanya agar membedakan perempuan dengan perempuan lainnya, bukan hanya sebagai sebuah identitas yang kultus bagi agamanya. Perintah ini atau ajakan ini agar perempuan tak lagi menjadi pusat perhatian sehingga bisa saja banyak hal buruk menimpanya hanya karena masalah pakaian yang membuat para lawan jenis meemuncak nafsunya.
Inilah yang disebut dengan identitas syar'I bagi para perempuan muslim yang memang agama yang menganjurkan untuk memakai pakaian yang syar'i. Pakaian syar'I adalah pakaian yang menutup auratnya yang tanpa membentuk lekuk tubuhnya sehinggga seakan-akan tak memakai pakaian. Inilah beberapa catatan pakaian yang dianggap pakaian yang syar'i.
Pakaian syar'I yang kemuadian manjadikan sebuah idenetitas diri yang syar' ini menjadikan para perancang busana muslimah meningkat tajam. Mereka para perempuan yang begitu loyal dengan identitas syar'I ini kemudian membentuk sebuah Komunitas hijaber tumbuh di mana-mana seperti halnya sebuah jamur. Denga gerakan ini yang terkesasnTiba-tiba menjadikan hijab memenuhi ruang kehidupan sehari-hari para perempuan Muslim Indonesia. Identitas syar'I yang kemudain menjadi sebuah trend yang dulunya hanya kalangan orang-orang yang berada di lebaga Pendidikan islam mulai merambak ke semua kalangan baik artis ataupun para pejabat. Situasi ini terasa kontras dengan Indonesia hingga 1990an ketika pengguna jilbab masih belum terlalu masif, hanya terbatas pada institusi-institusi keagamaan seperti pesantren atau sekolah Islam.
Jilbab atau sebuah kain yang menutup kepala perempuan yang kemudian disebut dengan hijab baru-baru ini menjadi sebuah trend fashion yang banyak digandrungi oleh para perempuan. Kendatipun penggunaan hijab atau jilbab yang kebanyakan digunakan itu masih belum masuk dalam standarisasi syar'I dalam makna ajaran Islam.Â
Walaupun demikian, hal ini perlu disambut dengan sikap baik karena masyrakat mempunyai gairah yang cukup meningkat untuk menutup mahkota keperempuanannya. Trend ini begitu cepak gerakannya ditandai dengan para pedagan jilbab dan baju panjang yang mulai menjamur.
Lalu, sekitar satu atau dua tahun kemudian tren jilbab bergerak lagi dengan ditambah embel-embel syar'i. Maka, jilbab dan pakaian syar'i pun menjadi tren berikutnya. Banyak ibu-ibu dari berbagai kalangan beralih pada tren ini.
Hingga kemudian trend ini dalam kurun waktu satu atau dua tahun mulai bergerak dengan embel-embel syari' baik dalam penjaulannya ataupun dalam pemakaiannya. Banyak orang-orang yang berpakaian yang terbuka mulai mengikuti trend ini.
Bagi kalangan pebisnis, trend ini mulai menjadikan peluang bisnis yang dianggap menjanjikan. Terlebih muali banyak public figure sepertu artis dan orang ternama yang beregama islam memakainya. Dan daya jual dari trend ini adalah memamakai kata syar'I karena kata syar'I dianggap menjadi sebuah kosa kata baru yang ampuh untuk menjual pakaian trendy ini.
Perubahan sosial yang demikian cepat itu tak lepas dari peran media internet dan televisi, tempat ideologi budaya pop dengan cepat menyebar.
Trend yang mulai yang mulai digandrungi ini yang merupakan sebuah perubahan social ini tak lepas dari peran media baik internet secara luas ataupun media kabar digital lainnya. Situasi ini didukung juga oleh kondisi politik dalam negeri ketika Perda Syariah menjamur di berbagai tempat sebagai ajang bargaining position para politisi dan pemimpin lokal saat itu.