Tamansari secara bahasa berarti taman yang indah. Tamansari memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan 57 bangunan yang ada di dalam komplek Tamansari. Bangunan-bangunan yang ada antara lain berbentuk gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau buatan, pulau buatan, masjid, dan Lorong bawah tanah. Tamansari juga dijuluki Water Castle karena adanya kolam renang dan unsu air yang mengelilingi taman tersebut. Selain itu Tamansari juga disebut The Fragrant Garden karena pohon-pohon dan bunga-bunga harum yang ada di sekitar komplek Tamansari. Sehingga Ketika anda masuk komplek Tamansari anda akan menikmati suasana yang sejuk dan adem.
Selain memiliki fungsi sebagai tempat wisata, Tamansari juga memiliki fungsi sebagai benteng pertahanan dan tempat sacral (untuk berdo’a). Hal itu terlihat dari tembok putih yang tinggi mengelilingi komplek Tamansari sebagai benteng perlindungan yang sangat kokoh. Dan juga terdapat Lorong bawah tanah yang difungsikan sebagai tempat persembunyian pada zaman dahulu. Di Tamansari terdapat sumur gumuling yang disebut memiliki fungsi sacral karena tempat tersebut digunakan untuk berdo’a.
Tamansari telah direnovasi sehingga menjadi seperti sekarang walaupun tidak semua bangunan bisa diselamatkan karena Sebagian besar komplek sudah dibangun rumah-rumah penduduk local. Dan hanya sedikit yang bisa diselamatkan. Akan tetapi, Tamansari tetap terlihat megah dan kokoh meskipun berhimpitan langsung dengan pemukiman penduduk local.
Berlokasi di dekat Kraton, tempat ini juga dikenal sebagai taman Sultan Yogyakarta. Tamansari pada awalnya dibangun untuk berbagai tujuan kerajaan namun sekarang hanya tersisa beberapa bangunan. Bangunan ini dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwonoo I. Lebih tepatnya pada tahun 1758. Pembangunan ini dimulai setelah penandatangan perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Yang mengakibatkan terbelahnya Mataram menjadi dua bagian yaitu Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Beberapa bangunan memiliki fungsi asli sebagai tempat beristirahat, bersemedi, bekerja, bersembunyi, dan membela keluarga Sultan. Saat ini, beberapa bangunannya telah menjadi rumah bagi sebagian besar penduduk setempat dan hanya tersisa masjid, tempat istirahat dan mandi, lalu terdapat terowongan bawah tanah yang dapat diakses oleh wisatawan. Setelah melalui renovasi bebarap kali, kini Tamansari sudah beralih fungsi menjadi tempat wisata sejarah khususnya di Yogyakarta. Meskipun begitu, bangunan-bangunan yang ada masih terlihat kokoh dan menawan sehingga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Untuk tarif tiket masuknya sendiri bisa didapatkan di lokasi sebelah kanan sebelum pintu masuk utama.
Harga tiketnya sendiri per orang Rp 5,000 untuk yang ingin memotret sekitar kawasan Tamansari menggunakan perangkat selain smartphone dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 3,000. Dengan membayar biaya tiket masuk sebesar itu kita sudah bisa menikmati indahnya berkeliling di Tamansari. Di Tamansari juga tersedia pemandu wisata (tour guide) akan tetapi kita harus merogoh kocek sebesar Rp 50,000 untuk menyewa tour guide tersebut. Terkait dengan jam operasional, wisata sejarah Tamansari mulai buka pukul 9 pagi sampai jam 3 sore setiap harinya. Tamansari Yogyakarta sudah menjadi kawasan cagar budaya yang menjadi tujuan para wisatawan dan memiliki daya tarik tersendiri untuk melakukan wisata sejarah. Di sekeliling Tamansari Yogyakarta juga sudah tersedia beberapa fasilitas pendukung seperti ; area parkir yang cukup luas untuk kendaraan besar maupun motor, toilet, pemandu wisata atau tour guide, toko-toko souvenir, hingga warung makanan dan minuman.
Dengan kombinasi bangunan bergaya jawa dan portugis, pelarian unik keluarga kerajaan ini memiliki daya tarik dan cerita tersendiri. Tempat paling terkenal di Tamansari adalah tempat pemandian dan peristirahatan Sultan dan Putri-putrinya yang bernama Umbul Pasiraman. “Sebagian besar wisatawan memang menganggap tempat ini menarik karena ada cerita unik di balik asal-usulnya”, tutur seorang pemandu wisata pada saat saya berkunjung ke Tamansari.
Sultan suka berburu disela-sela waktu luangnya dan Umbul Pasiraman dirancang untuk memenuhi keinginan Sultan. Berbeda dengan Panggung Krapyak yang dirancang untuk berburu rusa, Umbul Pasiraman (yang berarti tempat mandi) dirancang untuk para Putri mandi dan bagi Sultan untuk bersantai dan berburu istri.
Untuk menangkap 'mangsa berkaki dua', dikatakan oleh pemandu wisata bahwa Sultan akan melempar mawar dari menara tinggi di sebelah selatan kolam dan Putri yang menangkap mawar itu akan menjadi 'istrinya'. Berdasarkan cerita yang saya peroleh dari salah seorang pemandu wisata, yang akan menangkap mawar adalah Ratu atau selirnya. Terdapat tiga bagian kolam yang berbeda di Umbul Pasiraman, yaitu Umbul Binangun, Umbul Muncar dan Blumbang Kuras yang masing-masing merupakan tempat mandi putri Sultan dan calon istrinya. Bangunan ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi.
Selain Umbul Pasiraman, pengunjung juga dapat menjelajahi terowongan bawah tanah dan masjid. Terowongan itu dulunya dijadikan tempat persembunyian akan tetapi sekarang tidak berfungsi karena sebagian besar digunakan untuk tempat tinggal penduduk lokal. Tidak seperti masjid kebanyakan, masjid di tempat ini terbilang sangat unik karena bangunannya berbentuk lingkaran dengan beberapa anak tangga, lalu terdapat Sumur Gumilang di bawahnya, Sumur Gumilang sendiri adalah tempat Sultan untuk berdoa. Tempat ini juga menjadi destinasi favorit untuk melakukan foto pre wedding ataupun foto session lainnya karena tempat yang unik. Namun pada saat kunjungan saya ke Tamansari ruangan bagian ini belum bisa dikunjungi kata seorang pemandu wisata yang bersama saya waktu itu.