Penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam,setidaknya itu nilai-nilai dasar Sahabat Ansor yang saya ketahui.
Malam itu, di temani secangkir kopi hitam cita rasa kampung halaman (Boroko) mengubah dinginnya suasana Limboto seolah lenyap dan tak berbekas. Baru mau menyerudup kopi hitam (racikan Rahmat Djangko) sembari membuka handphone, tiba-tiba saja muncul sebuah status blackberry messenger dari seorang sahabat dengan kalimat "Ansor resmi dungkung Olly-Steven," lengkap dengan foto terpampang jelas melintasi jalur recent update blackberry kapunyaan saya.
Walau diselimuti rasa penasaran, sayapun belum langsung ambil pusing atau terburu-buru untuk sekadar mencari tahu ikhwal status yang menggelikan perut itu.
Adalah google yang masih dan tetap menjadi rujukan umat manusia sebagai gudang penyedia informasi termasyhur didunia sampai akhirnya saya mengetahui adanya sikap politik GP Ansor Sulawesi Utara (Baca: http://www.deliknews.com/2015/11/05/gp-ansor-sulut-resmi-dukung-olly-steven/) di Kolongan. Baca juga (http://www.aktual.com/gp-ansor-sulut-solid-dukung-pasangan-olly-steven/) Kamis 4 November 2015.
Bagian paling menarik ialah “NU dan GP Ansor tidak menghendaki politisasi agama dan etnis." Tanpa ragu-ragu saya setuju dengan pernyataan ini, akan tetapi bagaimana dengan lanjutan kalimat “Realistis saja, orang Sulut yang lebih pantas memimpin Sulawesi Utara ke depan.” bukankah kalimat ini terkesaan ada pembeda-bedaan. Apa mungkin ini yang biasa kebanyakan orang sebut dengan sikap primordial, tanya saya dalam hati, ah! semoga saya keliru dalam memahami kalimat tersebut.
Itulah kenapa, pada tangga 12 November 2015 melalui Surat Harian Kabar (SHK) Aspirasi Rakyat, saya tidak sependapat dengan langkah yang diambil GP Ansor Sulawesi Utara, untuk mendukung salah satu pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, 9 desember 2015.
Rupanya, ketidaksepahaman saya terhadap langkah Ansor Sulut di tangkis oleh Ketua GP Ansor Bolaang Mongondow Utara melalui surat harian kabar yang sama (13 November 2015) dengan tema “GP Ansor BOLMUT Tetap Dukung OD-SK – Lamunte: Heydemans Bukan Kader dan Pegurus Ansor Bolmut.”
Rasanya, bagai melihat sebuah adonan kue mentega yang lezat tapi bikin mencret, kala mengetahui ada berita tersebut. Politik di negeri ini memang lucu, hanya karena memberi pendapat berbeda dengan sikap yang di ambil organisasi lalu kemudian dianggap bukan sebagai kader. Hah?
Agar tak seperti angin ribut, jauh berkomentar hingga tergelincir menjadi fitnah, saya ingin menjelaskan poin dasar, hubungan saya dengan GP-Ansor. Tentu saja saya adalah kader, hingga apapun langkah organisasi yang tak masuk akal, itu menjadi urusan saya.
Karena Ansor memiliki nilai dasar sebagai penolong, pejuang, pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran islam, serta memegang teguh prinsip tawassuth (moderat), tasammuh (toleran), tawadzun (seimbang) dan ta'addul (keadilan, tegak, lurus), bukan pedagang organisasi