Dengan bangganya seorang dokter kampung melakukan mal praktek didaerah terpencil di pulau Sulawesi, dokter yang mengaku mengurus tiga kampung ini telah berbuat sewenang-wenang memanfaatkan ketidak mengertian masyarakat. Ada pasien yang jarinya terluka main potong aja pake pisau, ada pak guru yang di jidadnya ada lipoma main bedah aja pake silet warung, terus ada orang yang kakinya kena kayu main amputasi aja, Entah dokter macam apa yang main hakim sendiri, saya jadi curiga ini sebenarnya dokter atau dukun?
Dalam dunia kedokteran haruslah menggunakan suatu prosedur baku, bila seorang dokter sudah tidak menggunakan prosedur dalam setiap tindakanya, apa bedanya dokter dengan seorang dukun? di desa saya seorang dukun bebas melakukan apa saja, ada orang yang kakinya patah dan keseleo main tarik main saja sampai sembuh, ada orang melahirkan perutnya didorong-dorong dukun sampai brojol, ada orang kena guna-guna si dukun tinggal sembur saja air dari mulutnya.
Lantas bagaimana dengan seorang dokter yang tidak menggunakan prosedur? bukankah mirip dengan seorang dukun? sangat disayangkan bila seorang dokter masih menggunakan kekuasaanya memperlakukan seorang manusia seperti binatang.
Bagaimana tim pengawas sampai tidak mengetahui adanya kegiatan mal praktek yang telah dilakukannya selama berbulan-bulan? mengapa tidak ada teguran sama sekali, apakah karena lokasi seorang dokter jauh dari pusat pemerintahan?
Saya sebagai masyarakat merasa miris melihat kondisi seperti ini, semoga dokter-dokter yang lain tidak melakukan hal seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H