Entah saya yang kurang literasi dalam mencari data, atau memang tidak ada. Jika memang tidak ada, maka asumsi saya adalah karena memang hanya sedikit sekali teleworker yang ada di Indonesia.Â
Paling mentok, saya hanya menemukan tulisan berupa artikel di media tirto.id yang berjudul "Telecommuting: Masih Relavankah Bekerja di Kantor" yang menyebutkan bahwa para pekerja di Google Indonesia tetap bekerja saat Jakarta mengalami kebanjiran pada tahun 2013 yang lalu karena mereka bekerja dari rumah.
Kalau kita bandingkan dengan negara lain, misalkan saja di Amerika Serikat, jumlah teleworker di sana terus mengalami peningkatan. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh American Community Survey (ACS) dari University of Minnesota, pada tahun 2016 tercatat ada 3.1% jumlah full-time teleworker di US dan dalam kurun waktu 10 tahun terkahir dari waktu tersebut mengalami peningkatan sebanyak 7 juta orang. Jumlah itu tidak termasuk para pekerja freelance, half-time, dan para self-employed yang biasanya memang bekerja di rumah.Â
Sementara dalam sebuah jurnal yang ditulis Raghuram (2014) yang berjudul "Telecommuting in India: Pitfalls and Possibilities" mengatakan bahwa di India, penerapan sistem bekerja dari rumah disinyalir oleh berbagai isu yang berkembang seperti lalu-lintas yang makin padat, keterikatan dengan daerah asal, banyaknya pekerja perempuan, jam kerja malam, hingga pesatnya perkembangan mobile communication. Tak tertinggal, seorang peneliti dari Waseda University, Mitomo, memperedksi bahwa pada tahun 2020 teleworker di Jepang akan meningkat dari 14.5% menjadi 28,3%.
Perkembangan teleworker di negara kita memang tidak sepert negara lain, tetapi siapa sangka saat ini banyak dari kita yang bekerja dari rumah meski terpaksa.Â
Oleh sebab kita bekerja dari rumah karena terpaksa, dan lebih-lebih karena memang bukan gaya kerja kita, saya pikir beberapa dari kita akan menjadi agak kesulitan karena mesti beradaptasi dengan lingkungan kerja baru. Sama, saya pun demikian.Â
Karenanya, berikut saya bagikan beberapa strategi agar kita tetap produktif saat bekerja dari rumah, yang sudah saya sadur dari penelitian dua ahli psikologi Tomika W. Greer (University of Houston) dan Stephanie C. Payne (Texas A&M University) yang berjudul, "Overcoming Telework Challenges: Outcomes of Successful Telework Strategies" sebagai berikut:
Pertama, tetaplah terhubung. Tetaplah menjadi accessible dengan menjaga hubungan dan komunikasi melalui teknologi saat ini. Kita bisa menggunakan media sosial, email, telpon, bahkan video call untuk terus berubungan dengan rekan kerja, supervisor dan klien kita sehingga dapat merespon mereka sesegera mungkin.Â
Kedua, desain ruang kerja kita senyaman mungkin. Merancang dan menjaga ruang kerja agar tetap kondusif saat kita bekerja di ruma dapat membuat kita fokus dalam menyelesaikan pekerjaan. Kalau perlu, buat sekalian ruang kerja khusus di rumah.Â
Ketiga, adopsi pola pikir target oriented. Bagaimana caranya? Kira-kira begini, persiapkan kondisi mental dan psikologis kita sebaik mungkin sebelum bekerja, lalu mulailah mengatur diri untuk fokus dan berkonsetrasi pada apa yang mau kita kerjakan, dan buatlah waktu target kerja kita sendiri.
Keempat, jadwalkan waktu kerja kita sejak awal. Sebelum memulai bekerja di rumah, sebaiknya kita berdiskusi untuk menentukan jadwal kerja kita bersama rekan kerja, supervisor dan tentu saja klien kita. Ini akan membuat segalanya menjadi lebih sistematis dan teratur.Â