Mohon tunggu...
Abdul Rozak
Abdul Rozak Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadi Manusia yang memanusiakan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar dan menasehati diri sendiri lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rejeki dan Hujan

23 April 2022   13:46 Diperbarui: 23 April 2022   13:54 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam hujan ada rezeki. Hujan menumbuhkan buah buah (Baqarah : 22), menghidupkan tanah tandus (Fusshilat: 39), menumbuhkan biji dan pohon (Qaf : 9). Karena dalam konteks geografi arab yang terdiri dari gurun, hujan adalah suatu hal yang luar biasa. Berbeda dengan Indonesia, Hujan adalah fenomena alam biasa artinya sering terjadi karena Indonesia daerah khatulistiwa yang hanya dua musim. Titik.

Hujan bukan sesuatu yang sepenuhnya baik. Artinya melihat konteksnya. Hujan adalah musibah bagi para pedagang kaki lima atau penjual street food atau bagi yang sedang menjemur banyak pakaian dll. 

Hujan bisa menjadi nikmat sebagai cara alam membersihkan polusi udara, bisa mjdi nikmat bagi para petani, penjual perabot anti hujan spt jas hujan & payung, penjualan makan dan minuman hangat dll.

Air hujan yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi bencana seperti banjir yang bisa membawa petaka, seperti : kotoran najis, biawak busuk, kaleng zat kimia yang bocor, dan setruman listrik gara-gara bertemunya kabel dengan air di kota metropolitan. 

Cara mencegah dan menanggulangi banjir secara efektif dan efisien sudah banyak dijelaskan oleh para pakar tinggal bagaimana stakeholder menyikapinya dengan bijak bukan dengan aspek politik.

Kisah Sedih seorang penjual leker langganan saya. Karena hujan omzetnya menurun apalagi kalau berlarut larut berhari hari wah.... bingung. Yang saya suka dari Pak Leker ini selain karena leker bikinanya hehe... adalah usahanya untuk mencari rezeki halal. Dia berasal dari luar daerah, apalagi ketika Ramdhan jualannya menjelang maghrib hingga larut malam. 

Saya tanya ketika sampai rumah bisa sampai jam 12 malam. Yang pak leker takutkan bukan gendruwo atau makhluk lain ketika perjalanan pulang malam hari tapi begal/klithih, apalagi naik motor yang lebih beresiko.

Kadang saya merasakan beruntung dan bersyukur masih bisa sholat tarawih berjamaah. Bayangkan mereka yang seperti pak leker : satpam, ojek, penjaga toko  pom, tukang parkir dll yg tidak bisa berjamaah karena ada kewajiban harus terpenuhi. "Al-Fardlu afdlalu minan-nafli" (hal yang wajib lebih utama (mencari nafkah) dibanding hal yang sunnah (sholat sunnah/berjamaah)).

Jadi judgement kesalehan tidak bisa secara parsial, tidak bisa hanya karena kesulitan melaksanakan jamaah disebabkan masyaqat/udzur, dianggap tidak sholeh. Judgement kesalehan atau judgement pada umumnya harus secara holistik (menyeluruh).

Kembali lagi, Hujan rezeki adalah hujan yang tidak menyebabkan banjir dan bencana kepada banyak orang. Hujan rezeki adalah hujan yang menjadikan kita lebih bersyukur lewat tadabbur dan kopi hangat kala hujan menggguyur.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun