Mohon tunggu...
Abdul Rozak
Abdul Rozak Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadi Manusia yang memanusiakan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar dan menasehati diri sendiri lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Mencegah Hasad

27 Februari 2022   06:13 Diperbarui: 27 Februari 2022   10:08 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak membicarakan derajat hadits ini tapi melihat esensi-nya :

"Hendaknya kalian membantu kelancaran hajat dengan cara merahasiakannya. Karena setiap orang yang memiliki nikmat akan menjadi sasaran hasad."

Hasad adalah maksiat pertama di akhirat oleh Iblis kepada Adam. Hasad juga adalah maksiat pertama didunia oleh Qabil kepada Habil. Ada 3 Jenis Hasad : ingin merebut kenikmatan orang lain, berharap hilang kenikmatan orang lain, cuman tidak suka orang lain dapat kenikmatan.

Terkait Hasad sampean bisa baca QS. Yusuf: 5 beserta tafsirnya.

Tahadduts bin ni'mah ( ) yaitu menceritakan kenikmatan yang didapat untuk kemashlahatan, ibrah & teladan, bukan untuk  menyombongkan diri & merendahkan orang lain.

Beda antara Tahadus bin nikmat/syukur (Ad-duha Ayat 11, Tafsir Qurtubi menyatakan khitab ini untuk umum tidak khusus rasul, ada yang menafsirkan ni'mah sebagai Al Qur'an) dengan sum'ah, riya' atau pamer sbg pemicu sekunder hasad. Cara membedakannya selain dari niat pelaku yang sukar diamati, lihat susunan bahasa ! kalau ada indikasi kalimat pengagungan diri sendiri & merendahkan orang lain bisa masuk kategori hasad. Contoh dalam situs inilahkoran.com, Ada seseorang yang akan berangkat haji. Kemudian, ia mengundang keluarga dan tetangganya dengan maksud syukuran. Pada acara tersebut ia memberikan sambutan tahadus bin nikmat, "Saudara sekalian, atas undangan dan izin Allah, alhamdulillah kami ditakdirkan menjadi salah satu jamaah haji pada tahun ini. Keberangkatan kami ke tanah suci hingga kembalinya kami nanti ke tanah air tiada lain karunia dari Allah dan semua terjadi mutlak dalam kekuasaan-Nya. Kami doakan semoga Allah takdirkan siapa pun di antara kita yang belum berkesempatan berhaji, untuk bisa beribadah haji. Mohon doakan kami agar menjadi haji yang mabrur dan semoga amal ibadah kita semua diridai Allah SWT. Aamiin yaa Rabbal'aalamiin."

Mari bandingkan dengan Hasad yang berikut ini, "Alhamdulillah, bapak ibu sekalian di satu kelurahan ini hanya saya dan suami yang terpilih menjadi peserta ibadah haji. Memang takdir orang berbeda-beda ya. Seperti kami yang sudah berhaji beberapa kali ini, padahal untuk berhaji kan prosesnya bukan gampang, bahkan harus menunggu antrean bertahun-tahun. Tapi karena usaha kami yang keras akhirnya kami bisa berhaji lagi. Nanti kami doakan dari sana supaya bapak ibu sekalian bisa berhaji."

Menilai hasad tidaknya seseorang, juga didasari rasionalitas & kepala dingin bukan pas emosi/hasad. Atau kalau mau cuek kita tak perlu menilainya.

Jadi Hati-hati kalau update status. Bukan melarang untuk update status cuman mengingatkan "sing ati2" Perolehan nikmat yang sampean milik bisa memicu Hasad orang lain

Saya akhir dengan doa yang dinukil Khusni nidhom :

"Tuhan, jika ada orang yang tidak suka melihatku bahagia, maka karuniakanlah dia kebahagiaan yang dapat membuatnya melupakan kebahagiaanku"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun