Mohon tunggu...
Abd Rahman Hamid
Abd Rahman Hamid Mohon Tunggu... Sejarawan - Penggiat Ilmu

Sejarawan

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Sang Nakhoda telah Berlabuh: A.M. Djuliati Suroyo (1937-2025)

23 Januari 2025   23:53 Diperbarui: 23 Januari 2025   23:53 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Persembahan untuk Prof. Dr. A.M. Djuliati Suroyo (Sumber: Buku koleksi penulis)

Saat studi doktor, Suroyo menulis disertasi tentang eksploitasi tenaga kerja pada masa pelaksanaan Tanam Paksa melalui moder kerja wajib petani (heerendiensten) untuk kepentingan pemerintah kolonial dan para pejabat. Hasil kajiannya menemukan bahwa sebagian besar dari pekerja tersebut tidak dibayar dengan uang.

Salah satu pemikiran Lapian, yang sering dikemukannya dalam berbagai forum ilmiah, yang paling menarik dan menginspirasinya untuk mengembangkan sejarah maritim di UNDIP adalah: 

"Bahwa Indonesia dalah sebuah archipelagic state atau negara laut yang bertabur ribuan pulau, sehingga daerah inti bukanlah pulau, melainkan wilayah maritim yang sentral, yaitu laut dan pulau-pulau di sekitarnya", tulisnya.

Suroyo kemudian menulis lagi bahwa: 

"Dengan demikian peran laut adalah dominan... Laut berfungsi sebagai  pemersatu melalui kegiatan pelayaran, perdagangan, migrasi, hubungan antarmanusia dan antarkomunitas pada umumnya. Namun ternyata penulisan sejarah Indonesia lebih menonjolkan unsur daratan daripada lautan" .

Selain Lapian, Suroyo juga terpengaruh saat membaca karya monumental sejarawan Perancis dari Mazhab Annales, Fernand Braudel, berjudul "The Mediteranean and the Mediteranean World in the Age of Philip II" Vol 1 dan 2.

Selain itu, Suroyo juga membaca buku model Braudelian yang ditulis oleh K.N. Chauduri, "The Trade and Civilization in the Indian Ocean: an Economic History from the Rise of Islam to 1750".

Kedua karya sejarawan tersebut dibaca oleh Suroyo ketika melakukan riset pustaka untuk disertasinya di negeri Belanda pada tahun 1985.  

Mulai Berlayar

Sebelum memutuskan berlayar (baca: mengembangkan kajian sejarah maritim), Suroyo juga terpengaruh oleh pandangan dari mantan Rektor UNDIP, alm. A. Suroyo, bahwa UNDIP sebagai universitas muda perlu memiliki spesialisasi yang berbeda dengan UGM yang lebih tua. "Karena letak Undip di tepi laut, maka harus berorientasi ke laut", kata Rektor tersebut.

Walhasil, semua itu membuat Jurusan Sejarah semakin mantap untuk mengambil  spesialisasi sejarah maritim sebagai center of excellence.

Pada tahun 1990, usaha ke arah tersebut dimulai. Djuliati Suroyo menghubungi berbagai instansi dan tokoh-tokoh (sejarawan) di berbagai lembaga, baik di dalam maupun luar negeri, guna menjalin kerja sama, mencari dukungan, bantuan, serta membina jaringan, kata Suroyo.

Pada tahun 1995, ia bertemu dengan sejarawan maritim Belanda, Gerrit J. Knaap, di Yogyakarta. Pada saat itulah dia menyampaikan rencana pengembangan Jurusan Sejarah UNDIP ke depan untuk studi sejarah maritim.

Knaap sangat tertarik dengan recana tersebut. Ini tak lepas dari risetnya kala itu, yang terbit pada tahun 1996, tentang Pelayaran dan Perdagangan di Jawa sekitar tahun 1775. Tentunya, buku ini kemudian menjadi bahan bacaan penting bagi civitas akademika di Jurusan Sejarah Undip dalam pengembangan kajian sejarah maritim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun