"Selamat malam para sejawat,
Saya baru saja mendapat informasi bahwa Ibu A.M. Djuliati Suroyo (Guru Besar Sejarah Purnatugas UNDIP) wafat pada malam ini pukul 18.45. Almarhumah akan dikebumikan besok di Makam Keluarga Besar UNDIP, Tembalang. RI untuk Bu Djuli.
Terima kasih"
Demikian petikan informasi yang disampaikan oleh Prof. Dhanang Respati Puguh di WAG Mabes PPSI malam ini, 23 Januari 2025, pukul 19.36 WIB.
Setelah membaca pesan tersebut, saya langsung mencari sebuah buku persembahan untuk Prof. Dr. A.M. Djuliati Suroyo dengan judul utama "Membedah Sejarah dan Budaya Maritim, Merajut Keindonesiaan". Buku ini disunting oleh Dhanang Respati Puguh, Mahendra P. Utama, Rabith Jihan Amaruli, dan Endang Susilowati. Diterbitkan oleh Undip Press Semarang (2013).
Endang Susilowati, Ketua Jurusan Sejarah FIB UNDIP, dalam kata pengantarnya di buku ini menulis bahwa "Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari para sahabat, kolega, dan murid Prof. Dr. A.M. Djuliati Suroyo, sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi beliau selama berkiprah sebagai seorang sejarawan dan terutama sebagai pelopor perkembangan studi sejarah maritim di Jurusan Sejarah FIB UNDIP".
Dua dari 32 tulisan dalam buku ini ditulis oleh A.M. Djuliati Suroyo dan Adrian B. Lapian. Kalau Lapian dikenal sebagai Nakhoda Pertama Sejarawan Maritim di Indonesia, maka Suroyo adalah Nakhoda Pertama Sejarawan Maritim di UNDIP.
Pengaruh A.B. LapianÂ
Dalam tulisannya di buku ini, Memimpikan Masa Depan: Sejarah Maritim di Jurusan Sejarah Universitas Diponegoro, Suroyo mengakui bahwa ia sangat terpengaruh oleh Adrian B. Lapian.
Suroyo menulis bahwa sejak tahun 1970-an, UNDIP telah menetapkan pola ilmiah pokok pengembangan wilayah pantai. Banyak penelitian yang berfokus pada wilayah pantai, baik tentang perikanan, ekosistem, kesehatan maupun sosial budaya.
Ini menujukkan satu tonggak penting tentang bagaimana kampus yang menggunakan nama tokoh utama dalam Perang Jawa, [Pangeran] Diponegoro, Â memilih fokus pada pengembangan kajian wilayah pantai/pesisir.
"Meskipun menaruh minat besar mengenai budaya masyarakat pantai, namun saya belum terpikir untuk mengembangkan sejarah maritim. Baru kemudian, dalam berbagai pertemuan ilmiah sejarah saya tertarik dengan sejarawan maritim yang seringkali dikemukakan oleh Prof. A.B. Lapian".
Lapian adalah senior dari Suroyo. Mereka sama-sama dibimbing oleh Bapak Sejarawan Indonesia, Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo, ketika menempuh pendidikan doktor bidang sejarah di Universitas Gadjah Mada.