Mohon tunggu...
Abd Rahman Hamid
Abd Rahman Hamid Mohon Tunggu... Sejarawan - Penggiat Ilmu

Sejarawan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Napak Tilas Jalur Rempah Lampung di Museum Bahari Jakarta

17 November 2023   22:50 Diperbarui: 17 November 2023   23:03 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta praktikum di depan Menara Syahbandar dipandu oleh Mas Firman Faturrohman (Pegawai Museum Bahari)

Hari ini, Jumat 17 November 2023, rombongan mahasiswa dan dosen dari Prodi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab UIN Raden Intan Lampung mengunjungi Museum Bahari Jakarta. Kegiatan ini merupakan bagian dari praktikum mata kuliah Sejarah Maritim Indonesia dan Bahasa Sumber yang diampu oleh Dr. Abd. Rahman Hamid dan Agus Mahfudin Setiawan, M.Hum.

Museum bahari dibangun oleh VOC-Belanda pada abad ke-18. Ia berfungsi sebagai gudang rempah-rempah. Posisinya tak jauh dari pelabuhan Sunda Kelapa. Kalau kita naik di atas Menara Syahbandar, maka kita akan mudah melihat perahu-perahu yang sedang berlabuh di pelabuhan tersebut. Gudang dan pelabuhan ini tak lepas dari Kota Batavia, sebagai pusat perdagangan dan administrasi di masa VOC.

"Museum ini dahulu merupakan gudang bagi rempah-rempah yang dibawa oleh kapal-kapal VOC-Belanda", kata Kepala UPT Museum Kebaharian Jakarta Ibu Misari, M.Hum ketika menyambut rombongan mahasiswa UIN Lampung di ruang rapat Museum Bahari. Rempah jenis lada, antara lain didatangkan dari Lampung, lanjutnya. 

Kepala Museum Bahari menyambut mahasiswa dan dosen SPI UIN RIL (dok penulis)
Kepala Museum Bahari menyambut mahasiswa dan dosen SPI UIN RIL (dok penulis)

Selanjutnya, Dr. Abd Rahman Hamid menjelaskan bahwa lada Lampung merupakan jenis rempah berkualitas baik dan dicari oleh para pelaut dan pedagang VOC di Lampung, setidaknya sejak abad ke-17 terutama setelah Lampung di bawah kekuasaan VOC. Alur perdagangan lada Lampung, yang semula hanya menuju pelabuhan Banten, sejak saat itu mengalir ke Batavia.

Dari sejumlah sumber sejarah dan kajian tentang perdagangan lada disebutkan bahwa lada Lampung memiliki kualitas terbaik. Sebelum Banten dikuasai oleh VOC, sekitar 90% lada Lampung menyuplai kebutuhan perdagangan internasional Banten. Namun, setelah dikuasai oleh Belanda, maka aliran lada diarahkan ke Batavia, dalam hal ini ditampung di gudang rempah VOC yang sekarang dijadikan sebagai Museum Bahari.

Dengan demikian, kata Dr. Hamid, bahwa kunjungan mahasiswa Prodi SPI UIN RIL ini pada dasarnya adalah usaha napak tilas kembali jalur rempah Lada Lampung. Tentunya, perlu kajian lebih lanjut dengan sumber-sumber sejarah yang kredibel untuk menjelaskan relasi Lampung dengan Batavia dalam perdagangan rempah. Di antara sumber yang dapat digunakan adalah Dagh Register Batavia dari abad ke-17 dan 18 yang tersimpan di Arsip Nasional RI, yang dikunjungi oleh mahasiwa sebelum ke Museum Bahari hari ini.   

Peserta praktikum di depan Menara Syahbandar dipandu oleh Mas Firman Faturrohman (Pegawai Museum Bahari)
Peserta praktikum di depan Menara Syahbandar dipandu oleh Mas Firman Faturrohman (Pegawai Museum Bahari)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun