"Rahman, apa Anda mau selesai?", kata Prof. Dr. Susanto Zuhdi, yang tak lain adalah promotor saya, via telpon, pada 4 Desember 2018. Saya jawab: "Iya, mau Prof". Apakah sudah hubungi calon penguji eksternal? Saya jawab: belum. Hubungi segera dan sampaikan hasilnya kepada Kaprodi (Ketua Program Studi), Pak Agus Setiawan, Ph.D, dan juga saya, katanya.
Rencana mengundang Prof. Singgih Tri Sulistyono dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang tidak jadi, karena beliau sedang berada di luar negeri (Korea) dan baru balik ke Indonesia pada bulan Januari 2019. Bila hendak selesaikan semester ini, maka ujian hasil paling lambat tanggal 18 Desember 2018. Demikian penjelasan dari beliau dan juga kepala sekretariat Departemen Sejarah, Mba Wiwik.
Sekarang coba hubungi Ibu Endang, lengkapnya Dr. Endang Susilowati, yang pernah menulis disertasi tentang Pasang-Surut Pelayaran Perahu Rakyat di Pelabuhan Banjarmasin 1870 - 1980 (dibimbing oleh Prof. Dr. Adrian Bernard Lapian). Semoga beliau bersedia dan punya waktu, kata Prof. Santo. Tak lama kemudian, Pak Agus mengonfirmasi soal calon penguji luar. Mas, tolong infokan jika Bu Endang bersedia menjadi penguji luar.
Setelah itu, saya coba hubungi Ibu Endang via WA. Kira-kira satu jam kemudian, beliau menjawab, bahwa dia bersedia menjadi penguji, sembari menyampaikan terima kasih. Lalu saya lapor ke Pak Agus dan Prof. Santo. Selanjutnya, saya sampaikan kepada Mba Wiwik.
Mba Wiwik memberi tahu bahwa seluruh biaya mendatangkan penguji luar, pada awalnya, ditanggung oleh mahasiswa. Setelah ada bukti-bukti pendukung (tiket, bill hotel, dsb) barulah diajukan ke Fakultas untuk diganti sebagian sesuai standar biaya yang berlaku.
Awalnya saya gembira, karena telah ada calon penguji luar. Tetapi, setelah mendengar penjelasan dari Mba Wiwik, saya mulai gelisah, sambil menghitung persiapan dana untuk ujian hasil dan promosi nanti.
Berhubung akhir tahun, saya sedikit punya saving dana untuk persiapan ujian hasil riset (pra promosi) dari honor sebagai Korwil PKH Sulsel. Pada saat itu, saya langsung tanya ke Travel Mekar Jaya, langganan saya. Dia menayampaikan tiga penerbangan: Garuda, Batik Air, dan Lion Air. Saya minta dicek kan harga tiket pesawat Garuda. Kata Kadek, pak, harga tiket akhir tahun mahal, sembari memberitahukan harga lebih kurang 2,2 juta pergi-pulang (PP). Setelah ditambah biaya penginapan, transport lokal, uang harian, dsb, biaya yang dibutuhkan sekitar 6 juta. Alhamdulillah, biaya ujian hasil dapat diatasi.
Penetapan waktu ujian belum ada. Saya harus menunggu sekitar satu minggu lagi. Prof. Santo memberi tahu bahwa rencana ujian tanggal 20 atau 21 Desember 2018. Persiapkan dengan baik, kata beliau via WA kepada saya. Hal senada juga disampaikan oleh Pak Agus Setiawan.
Saya berangkat dari Makassar ke Jakarta dan Depok untuk mempersiapkan ujian. Untunglah, naskah ujian sudah saya masukan ke Departemen bulan Oktober 2018, sehingga tak lagi memikirkan biaya penggandaan naskah ujian.
Tepat 20 Desember 2018 lk. Pukul 11.15 WIB ujian berlangsung di salah satu ruang di Gedung IV FIB UI lantai 1. Penguji masing-masing: Dr. Endang Susilowati, Prof. Dr. Peter B.R. Carey, Agus Setiawan, Ph.D (ketua sidang), Dr. Linda Sunarti, Dr. Didik Pradjoko, Dr. Yuda Benharry Tangkillisan (kopromotor) dan Prof. Dr. Susanto Zuhdi (promotor).