Mohon tunggu...
Abdorrakhman Gintings
Abdorrakhman Gintings Mohon Tunggu... -

Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hitung-Hitungan Peluang Jw-Jk dalam Pilpres Satu Putaran

20 Mei 2014   19:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:19 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1400562271913719692


Beti alias Beda Tipis

Dengan telah dideklarasinya pasangan Jokowi dan JK atau JW-JK, maka peta pilpres akan berubah tetapi jadi semakin terang. Dapat diperkirakan bahwa peluang keduanya Beti atau Beda Tipis. Keunggulan suara pemenangnya hanya berkisar antara 5% s.d. 15 %.Ini mengingat polarisasi dukungan parpol lainnya.

Prabowo Faktor dan SBY Faktor

Pihak Pra-Ha atau Prabowo dan Hatta kelihatannya lebih banyak diuntungkan dan mengandalkan Prabowo Faktor.Citra utama yang telah terbentuk adalah bahwa Prabowo akan mampu membawa Indonesia menjadi negara yang kuat dan disegani. Dengan bergabungannya Demokrat, kubu ini akan diperkuat pula oleh SBY Faktor.Faktor SBY sebagai pemberantas korupsi dan arif bijaksana serta reputasi internasionalnya akan memberikan jaminan bahwa sebagian besar eks pemilih Demokrat, kecuali pendukung kubu Anas, akan memberikan suaranya ke Pra-Ha.

Peta Dukungan ke Pra-Ha:

Di kubu Pra-Ha ada parpol yang relatif solid pendukungnya seperti; Gerindra, PAN, dan PKS. Hampir seratus persen pendukung Gerindra akan mendukung pasangan ini mengingat Prabowo sebagai Ketumnya dan tidak ada pernah ada masalah antara Gerindra dan PAN. Pendukung Demokrat sebagian besar beralih ke Pra-Ha mengingat harmonisnya Demokrat dengan PAN dalam pemerintahan SBY dan hubungan personal Hatta-SBYbaik sebagai “teamwork” maupun dalam kekerabatan sebagai “besan”.

Dukungan lain akan diperoleh dari mayoritas pendukung PKS yang selalu terbukti solid, namun bisa juga dalam waktu bersaaan menjadi pengurang suara. Harus diakui, prahara yang melanda PKS, sikap keras dan mau selalu di depan yang menjadi karakteristik partai ini justru akan mengurangi suara pendukung dari partai lain yang lebih senang dengan kerukunan dan kekompakan.

Dukungan juga diperoleh dari sebagian pendukung PPP kubu SDA, dan dari Parpol yang secara historis kurang akrab dengan PDI-P seperti; PBB yang juga jelmaan Masyumi, PKPI yang banyak didukung oleh keluarga Purnawirawan ABRI. Dukungan juga akan diperoleh dari sebagian kecil pendukung Golkar kubu ARB yang sudah tidak laku dijual.Kelompok ini lebih baik mendukung Pra-Ha daripada JK yang ditohok oleh ARB pada Pilpres 2009. Sementara sebagian besar suara Golkar terutama dari Indonesia Timur akan lari ke JK.

Peluang Prabowo – Hatta (Pra-Ha):

Dengan kampanye dan penggalangan pemilih yang tepat, dukungan penuh dari anggota Gerindra, PAN, dan Demokrat serta partai lain tersebut, Pra-Ha diperhitungkan akan meraup suara antara 40% s.d. 55%. Ini terdiri dari lumbung utama berasal dari; Gerindra = 12%, PAN = 7% ,Demokrat = 9%, PKS = 6%, total = 34 %. Suara tambahan akan diperoleh dari PPP kubu SDA = 3%, Golkar Kubu ARB = 6%,PKP dan PBB serta pemilih dari Parpol lain yang terpesona dengan SBY dan Prabowo Faktor sekitar 2%, maka total jenderal perolehan Pra-Ha minimal = 45%. Dengan strategi yang tepat diantaranya mengajukan susunan kabinet koalisi besar dan memaksimalkan Prabowo Faktor dan SBY Faktor, maksimal Pra-Ha akan memperoleh tambahan 10% lagi dari Golkar dan eks Golkar yang bergabung ke Hanura dan Nasdem karena kurang sreg dengan PDIP, sehingga total jenderal akan memperoleh suara maksimal 55%.

Jokowi Faktor dan JK Faktor:

Harus diakui, bahwa kedua tokoh ini memiliki popularitas, mungkin juga elektabilitas, tinggi dalam Pemilu kali ini. Ini terutama disebabkan ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintahan SBY yang terkesan lamban dan terlalu hati-hati, sedangkan Jokowi dan JK sudah terbukti lugas, cepat, tepat dan efisien dalam menyelesaikan masalah.Selain itu, keduanya menampilkan diri sebagai tokoh yang egaliter akrab dengan rakyat dan langsung terjun ke lapangan alias blusukan bagaikan Sayidina Umar atau Raja Harus Al Rasyid pada cerita Abu Nawas.Gebrakan, kinerja dan penampiln Jokowi dan JK akan membuat keduanya menjadi faktor dominan dalam menggalang pemilih tanpa mengurangi peran PDI-P. Tentang JK, sekalipun tanpa dukungan resmi dari Partai Golkar, namun pemilih Golkar terutama dari wilayah Indonesia Timur akan lebih memilih JK daripada ke kubu Pra-Ha yang didukung oleh ARB.

Yang Harus Dihindarkan Dalam Kampanye JW-JK:

Pasangan ini harus menampilkan kesantunan dan kelugasan dalam pemecahan masalah pemerintahan. Perlu dihindarkan kampany gaya “keras” sebagaimana ditampilkan oleh anggota PNI di tahun 1960an. Kampanye dan Posko-posko PDIP yang ada harus dirancang sedemikian rupa untuk menarik suara dari mereka yang bukan anggota atau simpatiasn PDIP. Harus diingat, untuk menang tidak cukup dengan 19% suara perolehan PDIP. Mereka membutuhkan suara tambahan dari sumber lain.

Hitung-hitungan Peluang Jokowi dan Jusuf Kalla (JW-JK):

Suara untuk JW-JK terutama diharapkan dari PDIP. Suara juga diharapkan dari pendukung Nasdem yang berkoalisi dengan mereka. Namun pendukung Nasdem sebagian besar adalah “Pelarian dari Golkar”. Oleh sebab itu jika JK tidak mampu mempengatuhi mereka, sejarah hubungan Golkar dan PDIP Suara yang kirang akrab akan menurunkan suara pendukung Golkar ke JK. Suara yang disumbangkan oleh Hanura juga tidak akan sepenuhnya ke pasangan ini mengingat sebagian dari mereka juga eks Golkar yang kurang akrab dengan PDIP. Wiranto juga kurang populer di Sumatera terutama Aceh karena perannya dalam DOM. Sementara itu, Hary Tanu hanya orang baru dalam kancah politik yang sekalipun didukung oleh banyak Media miliknya masih kurang maksimal.

Suara PKB juga akan terbelah dengan bergabungnya Raja Dangdut Rhoma Irama ke kubu Pra-Ha serta adanya anggota PKB terutama “murid Gusdur” yang menganut ABM atau Asal Bukan Muhaimin. Tentu dukungan akan diperoleh dari sebagian pendukung PPP kubu Hamzah Haz eks Wapresnya Megawati. Dari kondisi tersebut maka peta suara minimal ke JW-JK adalah juga 45% yang berasal dari; PDIP = 19%, PKB = 5%, PPP = 4%, Nasdem = 4%, dan hanura = 3%. Total suara minimal menjadi 35% ditambah dari pendukung dari berbagai parpol yang tertarik oleh Jokowi Faktor dan JK Faktor terutama dri Indonesia Timur sekitar 10%, maka total suara minimum adalah 45%. Suara akan bertambah ketika Tim Kampanye JW-JK lebih mengdepankan kualitas kinerja keduanya atau dengan kata lain Jokowi Faktor dan JK Faktor dengan menonjolkan kinerja dalam kecepatan memecahkan masalah, egaliter dan kejujurunnya. Jika kedua faktor ini mampu dimaksimalkan, perolehan akan meningkat hingga 10%, sehingga perolehan maksimal bisa mencapai 55%.

Siapa Yang Menang?

Yaaah, ini kan juga namanya hitung-hitungan. Hasilnya tentu saja sebagaimana kehendak Allah SWT. Semoga Indonesia memperoleh pemimpin yang sesuai dan berkulitas. Amien YRA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun