Mohon tunggu...
Abd. Muhni Salam
Abd. Muhni Salam Mohon Tunggu... lainnya -

Insya Allah, setiap saat belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pekerja Sosial Anak Adalah Pekerjaan yang Berharga

26 November 2013   08:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:40 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pekerjaan sosial di Indonesia harus banyak belajar dari praktik pekerjaan sosial yang dilakukan di luar negeri. Pekerjaan sosial dengan Anak misalnya, seperti yang diungkapkan BBC hari ini, pemerintah Inggris memberikan peluang yang sangat besar kepada warga negaranya untuk menjadi pekerja sosial anak. Hal ini disebabkan oleh, anak dianggap masa yang harus dijaga dan dilindungi agar tahap perkembangan dan pertumbuhannya bisa maksimal dan dapat tumbuh menjadi orang yang berguna di masa depan, sehingga dianggap perlu pendampingan pekerja sosial (harusnya profesional dan spesialis) kepada anak-anak yang dianggap bermasalah.

Salah satu pekerja sosial anak di Inggris berharap agar pemerintah Inggris konsisten dengan seluruh langkah yang diambilnya. Pekerja sosial bukan pekerjaan gampang, namun memerlukan loyalitas dan pemahaman yang kuat bagaimana menangani anak yang memerlukan pelayanan. Karena intervensi untuk anak harus sesuai dengan aturan-aturan yang mengikat tentang perlindungan anak. Beberapa peraturan tersebut adalah Childsafe Guarding, Children Right Convention, dan sebagainya. Oleh karena itu, penghargaan terhadap pekerja sosial anak harus dimaksimalkan.

Pemerintah Inggris memberikan penghargaan tersebut melalui pemberian upah pertahun antara £27.000 - £34.000 atau setara Rp. 516 juta – Rp. 650 juta. Jumlah ini dianggap perlu untuk pekerja sosial anak yang memberikan pelayanan langsung kepada anak. Pekerja sosial yang bekerja di lapangan dengan resiko yang sangat tinggi juga perlu mendapatkan perlindungan khusus. Dengan gaji Rp. 43 juta – Rp. 54 juta perbulan pekerja sosial diharapkan betah bekerja dalam memberikan pelayanan terbaik untuk kliennya.

Selain itu, pekerja sosial yang dianggap expert dalam menangani klien, tidak lagi ditempatkan di dalam kantor, melainkan harus bekerja di lapangan. Hal ini dianggap bahwa ilmu harus diaplikasikan langsung kepada penerima manfaat yang membutuhkan. Sebuah langkah yang sangat efektif dilakukan oleh pemerintah Inggris.

Pekerja sosial di Indonesia juga demikian. Para pekerja sosial yang bekerja pada NGO (NGO international dengan wilayah kerja Indonesia) pada umumnya sudah mendapatkan haknya sesuai dengan beban kerja yang harus diselesaikan. Pekerja sosial loyal dalam bekerja dan memberikan pelayanan yang paling baik yang bisa diberikannya. Dalam beberapa kasus, pekerja sosial juga mendapatkan pelatihan, atau bahkan meneruskan pendidikannya di luar negeri demi bisa mendapatkan skills yang cukup untuk bisa bekerja memberikan pelayanan langsung kepada anak.

Pekerja sosial yang bekerja di bawah pemerintah, basisnya ditempatkan di Dinas Sosial yang memberikan pelayanan langsung, seperti balai rehabilitasi, lembaga kesejahteraan sosial, atau pada berbagai tempat praktik pekerja sosial. Para pekerja sosial ini kemudian memberikan pelayanan dalam konteks profesional. Kecenderungannya adalah beberapa pekerja sosial yang seharusnya memberikan pelayanan langsung karena “spesialisasi yang dimiliki” memilih untuk bekerja di belakang meja. Alasannya adalah karena yang di belakang meja lebih bisa mensejahterahkan daripada pemberi pelayanan langsung.

Konteks tersebut di atas seharusnya banyak dipikirkan kembali oleh pemerintah, bisa melihat contoh di Inggris ataupun negara-negara lain yang sudah menjalankan praktik pekerjaan sosial dengan baik. Dampaknya yang harapkan adalah pelayanan yang diberikan pekerja sosial bisa maksimal dan sesuai dengan harapan klien. Hal yang paling penting adalah pelayanan yang terbaik untuk klien. Kita semua berharap bahwa menjadi pekerja sosial anak adalah pekerjaan yang berharga karena dihargai (kontekstual) dan berharga (konteks kekinian).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun